Seperti menunggu hujan pertama yang tak kunjung turun, aku hanya bisa memandang jalanan dari balik jendela. Hiruk pikuk manusia yang tampak tak lelah menjalankan rutinitas. Langkah kaki lebar nan cepat, rona sibuk yang meliputi setiap wajah, mengingatkanku pada diri sendiri. Sambil memandang wajah-wajah itu, sesekali aku mencoba berpikir. Apa yang sedang mereka pikirkan? Janji dengan seorang teman kencankah? Tugas kuliah yang menumpukkkah? Atau hanya kosong? Atau mungkin, rindu? Ah, orang merindu tak mungkin seserius itu. Seperti tanah yang kering tak tersapu air sekian purnama, aku hanya bisa menunggu serta berharap tanpa lelah bahwa dia akan datang, Namun tanah yang kering adalah siklus. Ia tengah menunggu kepastian yang mutlak, meski sekarang hujan sering terlambat. Andaikan berjumpa denganmu adalah siklus, tentu aku tak akan segelisah itu. Sementara menunggu ketidakpastian, tanah retak masih punya angin yang selalu singgah untuk menyapa.
Make Your Foot Prints Preserve The History