Sedikit malu-malu, namun harus saya akui. Di balik rasa kosong, mati rasa, hingga sesak yang silih berganti ini, ada hati yang selembut tahu sutera - lembut, mudah benyek- yang mendambakan cinta. Ya, baru-baru ini ada sebuah buku self development yang membuat saya merenung. Bahwa rasa kosong, sesak, iri, marah, atau perasaan negatif lainnya adalah sejenis benteng pertahanan. Kau bisa membayangkan tembok China, atau benteng di Kepulauan seribu yang dingin, tinggi menjulang. Ya, intinya sensasi itu adalah sebuah pertahanan diri, yang berkerabat dengan ego. Di balik pertahanan itu ada sesuatu yang berharga, yaitu hatimu dengan luka yang mungkin membusuk, kronis, atau bahkan mungkin butuh diamputasi. Karena luka ini begitu tak tertahankan hingga kerap membuatmu menangis, akhirnya si pertahanan diri tumbuh, dan menyemprotkan semacam gas mati rasa. Mungkin kita bisa menganalogikannya seperti seorang dokter yang memberikan anestesi. Tapi kenapa ia memberikan anestesi alih-alih mengobati ...
Make Your Foot Prints Preserve The History