Sedikit malu-malu, namun harus saya akui. Di balik rasa kosong, mati rasa, hingga sesak yang silih berganti ini, ada hati yang selembut tahu sutera - lembut, mudah benyek- yang mendambakan cinta. Ya, baru-baru ini ada sebuah buku self development yang membuat saya merenung. Bahwa rasa kosong, sesak, iri, marah, atau perasaan negatif lainnya adalah sejenis benteng pertahanan. Kau bisa membayangkan tembok China, atau benteng di Kepulauan seribu yang dingin, tinggi menjulang. Ya, intinya sensasi itu adalah sebuah pertahanan diri, yang berkerabat dengan ego.
Di balik pertahanan itu ada sesuatu yang berharga, yaitu hatimu dengan luka yang mungkin membusuk, kronis, atau bahkan mungkin butuh diamputasi. Karena luka ini begitu tak tertahankan hingga kerap membuatmu menangis, akhirnya si pertahanan diri tumbuh, dan menyemprotkan semacam gas mati rasa. Mungkin kita bisa menganalogikannya seperti seorang dokter yang memberikan anestesi. Tapi kenapa ia memberikan anestesi alih-alih mengobati lukanya?
Mungkin karena saat kita kecil, dokter dalam diri ini belum berpengalaman. Ia hanya punya kompetensi untuk menghilangkan rasa sakit, yang efek sampingnya adalah kekosongan. Seiring bertumbuh, kita hidup dengan rasa kosong itu, dan menjadikannya sebuah identitas. Setiap hari ada rasa mengganjal yang mencegah kita untuk merasakan cinta yang sejati. Cieh. (ehem.. Sorry diri, mari kita saling mencintai).
Kebahagiaan, cinta akhirnya diidentikkan dengan materi seperti pencapaian, uwang, citra, dan tahta (atau apapun). Cinta yang sebenarnya ada di dalam diri tidak bisa ditemukan karena ia tertutup oleh selubung berkabut mati rasa itu. Intinya, ketika kita berhasil menembus benteng pertahanan diri itu, kita bisa menemukan luka. Luka menyelimuti hatimu. Saat menemukannya, rasa sakit yang sesungguhnya akan kamu hadapi. Ia mampu melahap energimu, seumpama bos terakhir dalam game. Kamu benar-benar akan merasa seperti loser, sampah saat menemukan luka yang memalukan. Kamu perlu upaya berkali-kali bahkan bantuan ahli untuk menaklukkan dan menyembuhkan luka. Intinya, tidak mudah. Namun, ketika berhasil mengalahkan, menyembuhkannya, kita akan menemukan cahaya.
Apa tadi namanya, oh iya nurani hatimu. Iya, hatimu yang penuh cinta. Terdengar cheesy di telingamu? Berarti mungkin dirimu yang masih dibentengi pelindung hampa. Sebab, bagaimanapun, manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Mencintai. Tentu saja, kamu yang sejati juga penuh dengan cinta. Iya kan?
Komentar
Posting Komentar