Langsung ke konten utama

Membebaskan Diri dari Hampa

Sedikit malu-malu, namun harus saya akui. Di balik rasa kosong, mati rasa, hingga sesak yang silih berganti ini, ada hati yang selembut tahu sutera - lembut, mudah benyek- yang mendambakan cinta. Ya, baru-baru ini ada sebuah buku self development yang membuat saya merenung. Bahwa rasa kosong, sesak, iri, marah, atau perasaan negatif lainnya adalah sejenis benteng pertahanan. Kau bisa membayangkan tembok China, atau benteng di Kepulauan seribu yang dingin, tinggi menjulang. Ya, intinya sensasi itu adalah sebuah pertahanan diri, yang berkerabat dengan ego. 

Di balik pertahanan itu ada sesuatu yang berharga, yaitu hatimu dengan luka yang mungkin membusuk, kronis, atau bahkan mungkin butuh diamputasi. Karena luka ini begitu tak tertahankan hingga kerap membuatmu menangis, akhirnya si pertahanan diri tumbuh, dan menyemprotkan semacam gas mati rasa. Mungkin kita bisa menganalogikannya seperti seorang dokter yang memberikan anestesi. Tapi kenapa ia memberikan anestesi alih-alih mengobati lukanya?

Mungkin karena saat kita kecil, dokter dalam diri ini belum berpengalaman. Ia hanya punya kompetensi untuk menghilangkan rasa sakit, yang efek sampingnya adalah kekosongan. Seiring bertumbuh, kita hidup dengan rasa kosong itu, dan menjadikannya sebuah identitas. Setiap hari ada rasa mengganjal yang mencegah kita untuk merasakan cinta yang sejati. Cieh. (ehem.. Sorry diri, mari kita saling mencintai). 

Kebahagiaan, cinta akhirnya diidentikkan dengan materi seperti pencapaian, uwang, citra, dan tahta (atau apapun). Cinta yang sebenarnya ada di dalam diri tidak bisa ditemukan karena ia tertutup oleh selubung berkabut mati rasa itu. Intinya, ketika kita berhasil menembus benteng pertahanan diri itu, kita bisa menemukan luka. Luka menyelimuti hatimu. Saat menemukannya, rasa sakit yang sesungguhnya akan kamu hadapi. Ia mampu melahap energimu, seumpama bos terakhir dalam game. Kamu benar-benar akan merasa seperti loser, sampah saat menemukan luka yang memalukan. Kamu perlu upaya berkali-kali bahkan bantuan ahli untuk menaklukkan dan menyembuhkan luka. Intinya, tidak mudah. Namun, ketika berhasil mengalahkan, menyembuhkannya, kita akan menemukan cahaya. 

Apa tadi namanya, oh iya nurani hatimu. Iya, hatimu  yang penuh cinta. Terdengar cheesy di telingamu? Berarti mungkin dirimu yang masih dibentengi pelindung hampa. Sebab, bagaimanapun, manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Mencintai. Tentu saja, kamu yang sejati juga  penuh dengan cinta. Iya kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cool CN BLUE

Whooooa. .. . .  . pengen treak!! masih dalam perasaan nggak menentu. Baru-baru ini, Setelah nonton Heart String, setelah kenal Yong Hwa, I'm falling in love with CNBLUE. Apalagi Setelah comeback nya di album ke tiga ini. Burning-JongHyun, kamu keren banget di MV Hey You. Baru sadar, senyumanmu mematikan*heheh*. Suaramu, sangat-sangat suka,  *:p* sejak denger "LOVE ",  Yakin deh, setelah ini nggak bakal jadi anonim lagi di CNBLUE. JongHyun, bias baruku. YongHwa, maaf menghianatimu. Minhyuk makin imut di album ke-3. JungShin tetep tinggi *ya iyalah*. MV berulang-ulang aku putar di bagian JongHyun keluar dari ruangan. Waktu dia jalan, sambil nyanyi dan senyum. Entah kesurupan setan apa aku spontan senyum-senyum sendiri, sambil tiruin gaya cherrybelle (pegang kedua pipi). JongHyun charming gila. . . *maap lebai* Ok, lepas dari JongHyun. CNBLUE selalu keren, suka lagu-lagunya. Nggak banyak juga kan Band yang berasal dari Korea. Lagu mereka enak di kupin...

Peringatan

 Seberapa jauh perjalanan yang perlu ditempuh untuk sampai? Ketika memikirkan hal ini, semuanya akan terasa berat. Pikiran, dan hati akan tebebani karena pandangan dipenuhi oleh ribuan langkah yang mesti ditempuh untuk tiba di tujuan. Ada juga yang tidak tahu sama sekali tentang tujuan mereka. Tak tahu kemana melangkah, tiap langkah kecilnya selalu diikuti ketakutan. Hingga kita kadang memutuskan untuk ambil jalan termudah, tidak melakukan apa-apa.  Namun, tidak melakukan apa-apa bukan berarti kamu tidak kemana-mana. Waktu akan menyeret kamu, ke tempat yang sama sekali tidak terprediksi, yang acap kali berupa tempat yang tidak mengenakkan, penyesalan. Tulisan ini adalah peringatan dan juga ajakan untuk diri sendiri yang kerap tak sengaja terlelap dan tak melakukan apapun.  Kalau boleh jujur berpendapat, sepertinya pikiranmu sudah terlalu terkontaminasi oleh keragu-raguan kronis. Ketidakpercayaandirimu sudah terlalu kronis, sepertinya. Bukan tanpa dasar sih, aku bicara dem...

Uncertainty

How do you get used to this feeling? The feeling of uncertainty, the feeling of fear of unknown. Rasanya ingin menghindar ketika dihadapkan dalam situasi ini. Namun, dibalik ketidaknyamanannya, this uncertainty feeling sometimes hides a treasure. This feeling has been with me since the afternoon. Aku mulai mengidentifikasi perasaan tidak nyaman ini sebagai ketakutanku jika tidak bisa mempresentasikan materi dengan baik. Padahal, ketika kuliah, perasaan ini adalah teman yang tiap hari menyapa. Di situasi semacam ini, aku perlu menjustifikasi banyak hal, menjelaskan berbagai macam hal termasuk cara kerja dunia dan pikiran orang lain untuk menenangkan diri. Aku juga mencoba untuk membelah diri, mencoba menjadi pengamat atas diriku yang sedang gelisah. Pengamat yang tak menghakimi, memvalidasinya, dan menghiburnya bahwa perasaan ini sungguh hal wajar, dan terkadang,sisi baiknya,  membuatku menyadari bahwa aku manusia.  Risiko orang overthinking, barangkali. Aku tengah berusaha men...