Yosh... Setelah sekian lama.
Saya berpikir saya harus mengurus blog ini lagi. Setelah berdebu terabaikan di salah satu loker virtual, mungkin saatnya saya untuk memulai sebuah kebiasaan baru. Sebuah kebiasaan yang selalu tertunda karena kebiasaan sok sibuk yang mendera sebagian besar hidup saya.
Saya sendiri tidak yakin dengan apa yang harus ditulis dalam blog ini. Hanya sedikit tahu tentang tata krama berciber ria membuat saya ragu, apakah tulisan-tulisan ini nantinya pantas untuk di pablish di dunia tanpa batas ini. Ya, bercerita di dalam sini memang harus berhati-hati. Dalam hal ini saya bersyukur pernah sedikit tahu tentang UU ITE, meski hanya sekilas.
Etiket blogging tidak memperbolehkan kita menjelek-njelekkan siapapun, apapun di ruang publik. Siapapun yang merasa dirugikan berhak menuntut. Dan menurut saya itu berlaku untuk diri sendiri, Ya, meski sah-sah saja, kita tidak sepantasnya menjelekkan diri sendiri. Dan mungkin kita berfikit tak seorangpun menuntut, dan protes.
Namun apa benar begitu? Benarkah tidak seorangpun menerimanya? Coba tanya lagi pada diri sendiri, apa saya rela untuk dipermalukan?
Masing-masing akan tahu jawabannya.
Saya berpikir saya harus mengurus blog ini lagi. Setelah berdebu terabaikan di salah satu loker virtual, mungkin saatnya saya untuk memulai sebuah kebiasaan baru. Sebuah kebiasaan yang selalu tertunda karena kebiasaan sok sibuk yang mendera sebagian besar hidup saya.
Saya sendiri tidak yakin dengan apa yang harus ditulis dalam blog ini. Hanya sedikit tahu tentang tata krama berciber ria membuat saya ragu, apakah tulisan-tulisan ini nantinya pantas untuk di pablish di dunia tanpa batas ini. Ya, bercerita di dalam sini memang harus berhati-hati. Dalam hal ini saya bersyukur pernah sedikit tahu tentang UU ITE, meski hanya sekilas.
Etiket blogging tidak memperbolehkan kita menjelek-njelekkan siapapun, apapun di ruang publik. Siapapun yang merasa dirugikan berhak menuntut. Dan menurut saya itu berlaku untuk diri sendiri, Ya, meski sah-sah saja, kita tidak sepantasnya menjelekkan diri sendiri. Dan mungkin kita berfikit tak seorangpun menuntut, dan protes.
Namun apa benar begitu? Benarkah tidak seorangpun menerimanya? Coba tanya lagi pada diri sendiri, apa saya rela untuk dipermalukan?
Masing-masing akan tahu jawabannya.
Komentar
Posting Komentar