Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

Mendefinisikan Perasaan

Selama ini, aku begitu percaya diri ketika aku berkata bahwa aku tidak pernah mendefinisikan apa yang sedang aku rasakan. Kukira itu tak mengapa, bukan masalah besar, dan aku berkata seolah-olah "tidak mendefinisikan perasaan" ada di bawah kehendak diri sendiri. Kerap aku melupakan permasalahan yang merupakan imbas dari "tidak mendefinisikan perasaan". Aku bilang, kerap bilang bahwa fenomena internal ini wajar, untuk sebagian manusia. More I get my time read some articles, aku menemukan bahwa keputusan "tidak mendefinisikan perasaan" ini adalah ketidakmampuan diri. Kekurangan. Rupanya manusia memang semestinya harus mendefinisikan apa yang tengah dirasakannya. Entah itu sedih, kesal atau marah. Mendefinisikan perasaan membuat manusia mengetahui apa yang semestinya kemudian mereka lakukan. With their brain, then they think how to cope with those feeling. Sayangnya, hal yang semestinya sepertinya tidak terjadi padaku. Instead of mendefinisikan perasaan, ak...

Perbanyak Coba-coba Selagi Mahasiswa

Ketika kita benar-benar bisa meresapi betapa berharganya waktu, pastin kita tidak akan melewatkannya. Termasuk kesempatan-kesempatan emas yang ada di dalamnya. Jika diibaratkan sebagai Mario Bross, setiap kesempatan yang kita temui adalah kepingan logam atau jamur pertumbuhan yang mampu membuat kita semakin kuat dan kaya. Salah satu momen kehidupan yang penuh dengan bonus kesempatan adalah ketika kita menjadi mahasiswa. Saya menyadari betapa berharganya momen-momen ini setelah siang tadi mendapatkan potongan harga pembuatan visa Jepang. Harga normal yang harus dibayarkan untuk membuat visa adalah sekitar setengah juta. Namun rupanya,  harga tersebut tidak berlaku bagi mahasiswa! Saya yang notabene masih menyandang status itu memperoleh potongan hingga lebih dari setengahnya. Saya benar-benar bersyukur atas hal ini. Pengurusan visa Jepang ini, mungkin hanya satu dari ribuan kesempatan di luar sana yang tersmbunyi. Untuk menguak mereka, dibutuhkan banyak keberanian untuk mencoba...

Probabilitas Kamu dan dia

Dalam ruang fantasi di satu lobus dalam otak, mungkin pernah ada gambaran tentang kamu dan dia - yang bersama. Entah bergandengan tangan, duduk bersama, atau melakukan hal lain - yang hanya Tuhan kemudian kamu yang tahu. Di dimensi realita, gambaran itu menemukan berbagai gap yang sangat jauh, yang kamu bahkan tidak tahu darimana mana algoritma harus bermula. Karena dihadapkan dengan jarak ruang, waktu, tahta, harta, rupa, selera, atau apapun itu, kamu tidak pernah berani melangkah kesana. "Kamu dan dia yang bersama" rupanya hanya manekin dalam panggung boneka dalam pikiran. Kalau mau diperjelas, itu hanya khayalan semata. Orang bilang, jauh panggang dari api. Mungkinkah angan-angan dalam pikiranmu bisa menjadi satu visi dengan realitas? Probabilitas itu jelas ada. Entah hanya nol koma sekian persen. Atau meskipun pikiranmu yang pesimis menyamakan probabilitas itu dengan probabilitasmu berkembang biak dengan ikan paus, kemungkinan itu ada. Setidaknya kamu dan dia sama-sa...