Dalam ruang fantasi di satu lobus dalam otak, mungkin pernah ada gambaran tentang kamu dan dia - yang bersama. Entah bergandengan tangan, duduk bersama, atau melakukan hal lain - yang hanya Tuhan kemudian kamu yang tahu. Di dimensi realita, gambaran itu menemukan berbagai gap yang sangat jauh, yang kamu bahkan tidak tahu darimana mana algoritma harus bermula. Karena dihadapkan dengan jarak ruang, waktu, tahta, harta, rupa, selera, atau apapun itu, kamu tidak pernah berani melangkah kesana.
"Kamu dan dia yang bersama" rupanya hanya manekin dalam panggung boneka dalam pikiran. Kalau mau diperjelas, itu hanya khayalan semata. Orang bilang, jauh panggang dari api.
Mungkinkah angan-angan dalam pikiranmu bisa menjadi satu visi dengan realitas? Probabilitas itu jelas ada. Entah hanya nol koma sekian persen. Atau meskipun pikiranmu yang pesimis menyamakan probabilitas itu dengan probabilitasmu berkembang biak dengan ikan paus, kemungkinan itu ada. Setidaknya kamu dan dia sama-sama manusia. Dan Ingatlah, seremeh apapun angamu, Tuhan pasti tahu.
"Kamu dan dia yang bersama" rupanya hanya manekin dalam panggung boneka dalam pikiran. Kalau mau diperjelas, itu hanya khayalan semata. Orang bilang, jauh panggang dari api.
Mungkinkah angan-angan dalam pikiranmu bisa menjadi satu visi dengan realitas? Probabilitas itu jelas ada. Entah hanya nol koma sekian persen. Atau meskipun pikiranmu yang pesimis menyamakan probabilitas itu dengan probabilitasmu berkembang biak dengan ikan paus, kemungkinan itu ada. Setidaknya kamu dan dia sama-sama manusia. Dan Ingatlah, seremeh apapun angamu, Tuhan pasti tahu.
Komentar
Posting Komentar