Langsung ke konten utama

Support System dan Kaktus

Ada kaktus yang habitat aslinya adalah gurun dan tanah tandus. Dengan segala karakteristiknya, ia hidup baik baik saja meskipun di gurun sangat minim air. Lalu ada manusia, yang hidupnya akan optimal jika ada lingkungan yang dapat mendukungnya. Orang-orang saat ini mungkin kerap menyebutnya dengan support system. Lalu adakah manusia yang seperti kaktus? Sepertinya tidak. Manusia adalah satu spesies, yang tidak bisa disamakan dengan tumbuhan yang karakteristiknya bisa sangat beragam. Ruh mereka yang berasal dari sumber yang sama, membuat fitrahnuya perlu mendapatkan support. Meskipun ada yang bisa hidup optimal  di lingkungan yang gersang, kerontang tanpa dukungan dari lingkungannya, jumlah itu hanyalah sedikit. Sebagian besarnya barangkali akan mengalami anomali. Kelainan entah itu malnutrisi atau kesenjangan lainnya. Intinya, ada sesuatu yang kurang.

Aku memandang diri sebagai seseorang yang tumbuh di lahan yang tidak ideal. Jika diibaratkan tumbuhan, ada unsur hara dalam tanah yang tidak tersedia. Ada sel yang kerdil tak tumbuh semesetinya, meskipun tetap bertahan hidup. Bisa dikatakan support sistem itu yang sulit kutemukan dalam perjalanan hidup ini. Mengutarakan sesuatu yang menjadi impian selalu mendapat pertentangan, entah itu tentangan ekplisit ataupun implisit. Jarang sekali, ada doa yang kudengar mengamini, sejalan dengan impian itu. Selalu, mereka yang semestinya menjadi pijakan mencar-cari alternatif lain, seolah-olah mereka tahu semuanya, seolah-olah apa yang kupilih adalah kesalahan kostan.

Aku sudah lama tidak mau mendengarkan suara-suara itu. Namun sepertinya bukan pendapat mereka yang sok tahu itu yang kubenci. Kiranya aku merindukan sebuah dukungan, sebuah dorongan yang membuatku kian yakin mengambil keputusan. Mungkinkah ini yang menjadikanku jalan di tempat? Apatis dan ragu pada diri sendiri? Karena tak seorangpun mau memvalidasi keputusanku? 
Sepanjang ingatan, aku terus berjalan sendiri. Orang-orang yang kutemukan dalam perjalanan tak pernah selamanya membersamai. Takdir sementara ketika misi kami bersinggungan, sejenak membuatku bersemangat. Namun momentum itu biasanya berlangsung singkat. 
Aku tak punya kuasa untuk menahan, dan karena kerap sendiri, terkadang dirilah yang tidak mampu berkompromi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cool CN BLUE

Whooooa. .. . .  . pengen treak!! masih dalam perasaan nggak menentu. Baru-baru ini, Setelah nonton Heart String, setelah kenal Yong Hwa, I'm falling in love with CNBLUE. Apalagi Setelah comeback nya di album ke tiga ini. Burning-JongHyun, kamu keren banget di MV Hey You. Baru sadar, senyumanmu mematikan*heheh*. Suaramu, sangat-sangat suka,  *:p* sejak denger "LOVE ",  Yakin deh, setelah ini nggak bakal jadi anonim lagi di CNBLUE. JongHyun, bias baruku. YongHwa, maaf menghianatimu. Minhyuk makin imut di album ke-3. JungShin tetep tinggi *ya iyalah*. MV berulang-ulang aku putar di bagian JongHyun keluar dari ruangan. Waktu dia jalan, sambil nyanyi dan senyum. Entah kesurupan setan apa aku spontan senyum-senyum sendiri, sambil tiruin gaya cherrybelle (pegang kedua pipi). JongHyun charming gila. . . *maap lebai* Ok, lepas dari JongHyun. CNBLUE selalu keren, suka lagu-lagunya. Nggak banyak juga kan Band yang berasal dari Korea. Lagu mereka enak di kupin...

Peringatan

 Seberapa jauh perjalanan yang perlu ditempuh untuk sampai? Ketika memikirkan hal ini, semuanya akan terasa berat. Pikiran, dan hati akan tebebani karena pandangan dipenuhi oleh ribuan langkah yang mesti ditempuh untuk tiba di tujuan. Ada juga yang tidak tahu sama sekali tentang tujuan mereka. Tak tahu kemana melangkah, tiap langkah kecilnya selalu diikuti ketakutan. Hingga kita kadang memutuskan untuk ambil jalan termudah, tidak melakukan apa-apa.  Namun, tidak melakukan apa-apa bukan berarti kamu tidak kemana-mana. Waktu akan menyeret kamu, ke tempat yang sama sekali tidak terprediksi, yang acap kali berupa tempat yang tidak mengenakkan, penyesalan. Tulisan ini adalah peringatan dan juga ajakan untuk diri sendiri yang kerap tak sengaja terlelap dan tak melakukan apapun.  Kalau boleh jujur berpendapat, sepertinya pikiranmu sudah terlalu terkontaminasi oleh keragu-raguan kronis. Ketidakpercayaandirimu sudah terlalu kronis, sepertinya. Bukan tanpa dasar sih, aku bicara dem...

Uncertainty

How do you get used to this feeling? The feeling of uncertainty, the feeling of fear of unknown. Rasanya ingin menghindar ketika dihadapkan dalam situasi ini. Namun, dibalik ketidaknyamanannya, this uncertainty feeling sometimes hides a treasure. This feeling has been with me since the afternoon. Aku mulai mengidentifikasi perasaan tidak nyaman ini sebagai ketakutanku jika tidak bisa mempresentasikan materi dengan baik. Padahal, ketika kuliah, perasaan ini adalah teman yang tiap hari menyapa. Di situasi semacam ini, aku perlu menjustifikasi banyak hal, menjelaskan berbagai macam hal termasuk cara kerja dunia dan pikiran orang lain untuk menenangkan diri. Aku juga mencoba untuk membelah diri, mencoba menjadi pengamat atas diriku yang sedang gelisah. Pengamat yang tak menghakimi, memvalidasinya, dan menghiburnya bahwa perasaan ini sungguh hal wajar, dan terkadang,sisi baiknya,  membuatku menyadari bahwa aku manusia.  Risiko orang overthinking, barangkali. Aku tengah berusaha men...