Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Siklus

Seperti menunggu hujan pertama yang tak kunjung turun, aku hanya bisa memandang jalanan dari balik jendela. Hiruk pikuk manusia yang tampak tak lelah menjalankan rutinitas. Langkah kaki lebar nan cepat, rona sibuk yang meliputi setiap wajah, mengingatkanku pada diri sendiri. Sambil memandang wajah-wajah itu, sesekali aku mencoba berpikir. Apa yang sedang mereka pikirkan? Janji dengan seorang teman kencankah? Tugas kuliah yang menumpukkkah? Atau hanya kosong? Atau mungkin, rindu? Ah, orang merindu tak mungkin seserius itu.   Seperti tanah yang kering tak tersapu air sekian purnama, aku hanya bisa menunggu serta berharap tanpa lelah bahwa dia akan datang, Namun tanah yang kering adalah siklus. Ia tengah menunggu kepastian yang mutlak, meski sekarang hujan sering terlambat. Andaikan berjumpa denganmu adalah siklus, tentu aku tak akan segelisah itu. Sementara menunggu  ketidakpastian, tanah retak masih punya angin yang selalu  singgah untuk menyapa.

7 Alasan Asus Zenpad C 7.0 Wajib Dijadikan Penggenap Aktivitasmu

            Hidup tak akan lengkap tanpa gadget di sisi. Ini bukan sekadar ucapan gombal, bukan pula bualan. Buktikan saja! Gadget telah menjadi gaya hidup, kesayangan, dan menjadi teman menjalani aktivitas sehari-hari. Untuk itu, sudah seharusnya kita lebih selektif dalam memilih yang produk terbaik dan ter update .             Tidak perlu bingung memilih, sebab   Asus Zenpad C 7.0 telah hadir demi menggenapkan hari-hari ceriamu. Produk keluaran terbaru ASUS ini dirancang untuk siapa saja, khusunya kamu yang tidak bisa lepas dari teknologi multimedia. Jika kamu sedang dilema diantara banyak pilihan   gadget, tujuh alasan ini mungkin bisa mengubah pikiran. Mengapa Asus ZenPad C 7.0 layak masuk ke list prioritasmu: 1.         Asus Zenpad C 7.0, Tablet yang nyaman di genggaman, di Mata, dan di Hati    ...

Perjalanan

Jika diminta menyebutkan bagian mana yang paling tidak kusuka dari 'pulang', maka mengendarai mini bis itu adalah yang paling tepat. Seluruh armada yang tersedia sama saja, kecil, tua, dan pengap karena tidak ada ac. Dipadukan jalanan yang berlubang dan meliuk liuk, lengkap sudah ujian yang dihadapi. Dan bagi penumpang kurang jam terbang atau memang berbakat mabuk darat, siap-siap saja     dengan kantung plastik.Para sopir ini kebanyakan tak tahu diri. Asal tancap gas, tanpa peduli erengan kendaraannya dan penumpang. Entah sudah berapa puluh kali melewati jalur ini, aku tidak merasakan perubahan signifikan yang terjadi. Dari bayi sampai segede sekarang, bis-bis itu masih saja berukuran mini dan usang, tanpa usaha memoles diri. Sialnya lagi, tarif tiap armadanya tak sama. Bukan hanya di kala lebaran, mereka menetapkan harga seenak jidat. Jika sedang bernasib buruk aku sering rugi dua ribu perak. Dan jika sedang beruntung-beruntungnya, aku bisa beli tahu goreng dari sisa...

Catatan limabelas

Lama tidak menulis, semua terasa semakin kaku. Jari jemari saya, dan otak saya terutama.  Sejak beberapa hari yang lalu ketika saya memutuskan waktu 'don't know to do' saya untuk menonton kembali yang namanya Anime, saya mulai nggak fokus. Anime sialan mencandui saya dengan cerita imajinatif yang dalam waktu sekejap menjadi primadona di pikiran saya. Saya mulai keranjingan dan malas mengerjakan kegiatan yang menjadi prioritas, misalnya makan, mandi.  Nggak tanggung-tanggung, saya mulai nonton anime lagi pas UTS... Ketika itu, sisi hati saya yang berorientasi  realistis menjerit-jerit atas perilaku ini. Well, namanya kecanduan, pasti sulit membedakan yang prioritas. Dan detik ini, ketika saya memutuskan untuk memposting tulisan ini, kemungkinan saya sedang sedikit sadar, antara menyesal dan tidak. Menyesal karena beberapa tugas kuliah masih belum masuk cheklist, dan tidak, karena saya mulai menemukan hiburan. Hiburan, dan anime, bicara tentang itu saya jadi ingat hari-h...
Semesta ingin saya untuk berubah. Selama ini kritikan selalu menjadi angin lalu. Saya membencinya karena selalu berhasil melukai hati. Sejak kecil, memang saya tercipta untuk menjadi sensitif. Ucapan kasar seringan apapun pasti sempat meninggalkan bekas. Kedil-kecil, bahkan tidak terlihat, namun jika dibarengi dengan kekonsistenan, kita tahu kerusakan sudah jadi barang tentu. Dan sayangnya, hampir seluruh kehidupan kita memang dipenuhi dengan pola yang demikian negatif

New Start

Yosh... Setelah sekian lama.  Saya berpikir saya harus mengurus blog ini lagi. Setelah berdebu terabaikan di salah satu loker virtual, mungkin saatnya saya untuk memulai sebuah kebiasaan baru. Sebuah kebiasaan yang selalu tertunda karena kebiasaan sok sibuk yang mendera sebagian besar hidup saya.  Saya sendiri tidak yakin dengan apa yang harus ditulis dalam  blog ini. Hanya sedikit tahu tentang tata krama berciber ria membuat saya ragu, apakah tulisan-tulisan ini nantinya pantas untuk di pablish di dunia tanpa batas ini. Ya, bercerita di dalam sini memang harus berhati-hati. Dalam hal ini saya bersyukur pernah sedikit tahu tentang UU ITE, meski hanya sekilas.  Etiket blogging tidak memperbolehkan kita menjelek-njelekkan siapapun, apapun di ruang publik. Siapapun yang merasa dirugikan berhak menuntut. Dan menurut saya itu berlaku untuk diri sendiri, Ya, meski sah-sah saja, kita tidak sepantasnya menjelekkan diri sendiri.  Dan mungkin kita berfikit tak seorang...