Hidup manusia biasa dianalogikan menjadi berbagai hal. Fenomena alam, perjalanan, roda yang berputar, bianglala, pusaran, you named it. Filusuf, penyair, pujangga, penulis, seniman bermacam-macam mengartikan kehidupan. Sayapun terkadang mengartikannya dengan versi sendiri ketika melihat suatu fenomena unik di alam. Misal, saya pernah mengaitkan kehidupan dengan keseimbangan. Baik buruk, gelap terang, dan sebagainya.
Terkadang saya juga mengamini para penulis yang mengungkapkan kehidupan identik dengan perjalanan. Tentu saja itu benar, dan tidak ada yang salah tentang pikiran manusia dalam memaknai kehidupannya. Dalam analogi perjalanan ini saya merasa saya sudah tiba di hampir separuh perjalanan dan mendapati persimpangan besar yang akan menentukan kemana saya akan bersauh. Pilihan krusial, yang mana saya tidak ingin menyesalinya. Hampir dua puluh lima tahun kehidupan, sambil memperingatkan diri, saya mengingatkan untuk segera menentukan langkah.
Siang malam saya biasa beralasan bawa ini membutuhkan waktu lama. Saya harus meluangkan waktu untuk memikirkan pilihan ini. Namun seiring berjalannya waktu saya sudah membuang sekian potong aset paling berharga saya hanya untuk dalih menentukan persimpangan mana yang musti diambil. Dan saya rasa, cukup di titik ini saja. Pilihan manapun sebenarnya sama saja. Semuanya bisa mengantarkanmu kepada cerita. Tentu saja cerita yang berbeda. Namun yang manapun itu tidak ada yang akan membuat menyesal kecuali jika saya tidak bersungguh-sungguh dalam menjalaninya.
Dan tulisan ini adalah sebuah pengingat untuk saya, mengenai apa yang saya gemari sejak kecil, bagaimana rupanya saya selalu ingin kembali menulis, mengenai bagaimana dulu menghabiskan berlembar-lembar kertas untuk menuangkan imajinasi. Sudah saatnya saya kembali. Kembali ke jalan yang sesungguhnya saya impikan sedari dulu. Mengisi bahan bakar lagi, setelah sekian waktu terjebak di rest area. Kendaraan saya mungkin agak aus mengingat lamanya saya diamkan di lahan parkir. Tidak ada kesempatan kembali. Dan untuk mencapai perjalanan bermakna, saya harus melanjutkannya. Mengganti semangat lama yang usang dengan yang baru, serta menambah energinya dengan pelumas super bernama konsistensi. Semoga selalu ingat, bahwa makna sebuah perjalanan akan diperoleh dengan sentuhan konsistensi. Selamat berkarya, Han.
Komentar
Posting Komentar