Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Seseorang yang Dikuasai Emosi

Bicara tentang emosi, ada sebagian orang yang harus hidup dengan dominasi entitas tersebut. Baiklah, agar semakin jelas konteksnya, saya ingin sedikit menyinggung tentang penggolongan kepribadian berdasarkan MBTI. Dimana salah satunya ada klaster orang-orang yang mempunyai kecenderungan untuk menjadi pereasa, dengan F (Feeling) sebagai salah satu yang dominan. Ada pihak-pihak yang memang sedikit meragukan tes kepribadian MBTI ini . Namun setidaknya, tes ini memberi  sedikit banyak cukup cocok dengan diri saya. Dan sebagai salah satu dari anggota perasa, saya ingin menjabarkan bagaimana rasanya menjadi demikian.  Seorang dengan spektrum perasa yang dominan akan mengalami emosi yang intens. Yang kadang akan memancing orang berkomentar, "yah gitu aja nangis", "gitu aja marah". Tentu saja bagi kami, mulut mereka seharusnga perlu dilem. Mereka yang mungkin bukan seorang feeler belum tahu bagaimana sebuah emosia berresonansi dalam diri, bertumbuh berkali-lipat hingga memp...

Tercipta Melankolis

  Duduk di kursi pinggir jendela kereta Progo dalam perjalanan Jakarta-Jogja. Saya menuliskan catatan ini ditemani horizon jingga di fajar hari. Pepohonan masih diselimuti kabut putih. Tampak abu-abu nan damai. Namun abu-abu lama saya identikkan dengan keragu-raguan. Bukan hitam, bukan juga putih. Nonblok? Indescisive? Entahalah, namun warna di kaki langit itulah yang membangkitkan lobus frontal. Ingatan masa kecil. Sebuah melankoli yang saya pikir serasi sekali dengan suasana saya saat ini, ketika pagi yang abu-abu. Barusan saya menangis teringat trauma innerchild yang masih diam-diam menghantui. Namun, sesaat emosi itu mereda, pikiran saya seolah ingin mengingatkan bahwa memang menyukai kesedihan sudah bawaan sejak kecil.  Saya ingat, ada sebuah buku pelajaran bahasa Indonesia kelas 2 yang saya baca saat kanak-kanak. Menceritakan perjuangan seorang perempuan kecil penjual gorengan yang hidupnya berakhir malang tertabrak mobil. Mengetahui jalan kisahnya yang tragis, saya mena...

Tips Agar Keyboard Laptop Awet Hingga Bertahun-tahun

  Keyboard laptop menjadi komponen penting laptop yang krusial. Sekalinya ada tombol yang tidak berfungsi normal, bisa bikin kamu pusing. Bisa-bisa bikin tugas kuliah atau kantor di laptop jadi batal kelar gara-gara permasalahan di keyboard. Banyak kasus, keyboard laptop terpaksa harus diganti karena rusak. Namun sebenarnya, dengan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar,keyboard laptop bisa awet hingga bertahun- tahun loh. Penasaran? Yuk, simak 6 tips berikut ini. 1. Hindari menekan tombol keyboard terlalu keras Menekan keyboard laptop terlalu keras terutama untuk mengetik atau bermain game yang konstan lama-kelamaan dapat membuat komponen di dalamnya cepat rusak. Sebaiknya tekan tombol keyboard dengan sewajarnya. Selain membuat keyboard tidak terbebani, menekan keyboard terlalu keras juga tidak baik untuk otot-otot jari loh. 2. Bersihkan keyboard secara rutin dengan menggunakan kain microfibre dan kuas halus Membersihkan keyboard sebaiknya dilakukan dalam keadaan la...

Jelang Pulang

  Berkutat pada trauma masa kecil adalah sebuah kebiasaan yang sulit untuk dilepaskan. Memang aneh manusia itu. Sesungguhnya ia amat tahu bahwa kenangan traumatis, adalah derita, namun kenapa masih saja tidak mau lepas? Ini tidak lepas dari paradoks manusia. Manusia terdiri atas dua entitas jiwa dan raga. Mungkin saja ada komposisi yang lainnya, namun saya tidak tahu. Namun sejauh ini, demikianlah sebagian orang mengategorikan elemen dari seorang manusia.  Raga alias fisik, tidak mengenal yang namanya makna hidup, visi masa depan atau hal-hal filosofis semacam itu. Ia hanya mengenal bagaimana cara bertahan hidup didunia dengan cara makan saat lapar, ke toilet saat ada desakan, bernafas, dan berbagai hal lain untuk tetap menapak di bumi. Fisik, boleh dibilang adalah cangkang, kendaraan, atau apapun. Karena itulah, untuk beraktivitas, fisik lebih menyukai rutinitas kebiasaan.  Sedangkan jiwa adalah si pengemudi. Dia yang menentukan kemana arah tujuan, ia yang bertugas meras...

Mimpi yang Kadaluarsa

 Isi kepalaku, berserakan. Layaknya tumpukan sampah di sebuah rumah yang tak terurus. Tidak tau yang mana yang harus dibuang. Ia berkutat pada ini dan itu, kenginan ini dan itu yang hanya ditekuni setengah jalan. Terserak lagi. Namun aku merasa semua hal yang berserakan ini berharga. Satu-persatu mulai bertumpukan menutup jarak pandang untuk menatap tujuan yang sesungguhnya. Aku sendirilah yang menjadikannya terbebani. Aku senang menuliskan daftar mimpi, berfikir bahwa suatu hari akan menggenggamnya. Namun tahu-tahu, mimpi tu menjadi basi, kadaluarsa, habis tenggat waktunya.