Langsung ke konten utama

Jelang Pulang

 



Berkutat pada trauma masa kecil adalah sebuah kebiasaan yang sulit untuk dilepaskan. Memang aneh manusia itu. Sesungguhnya ia amat tahu bahwa kenangan traumatis, adalah derita, namun kenapa masih saja tidak mau lepas? Ini tidak lepas dari paradoks manusia. Manusia terdiri atas dua entitas jiwa dan raga. Mungkin saja ada komposisi yang lainnya, namun saya tidak tahu. Namun sejauh ini, demikianlah sebagian orang mengategorikan elemen dari seorang manusia. 

Raga alias fisik, tidak mengenal yang namanya makna hidup, visi masa depan atau hal-hal filosofis semacam itu. Ia hanya mengenal bagaimana cara bertahan hidup didunia dengan cara makan saat lapar, ke toilet saat ada desakan, bernafas, dan berbagai hal lain untuk tetap menapak di bumi. Fisik, boleh dibilang adalah cangkang, kendaraan, atau apapun. Karena itulah, untuk beraktivitas, fisik lebih menyukai rutinitas kebiasaan. 

Sedangkan jiwa adalah si pengemudi. Dia yang menentukan kemana arah tujuan, ia yang bertugas merasakan arah angin yang tepat sehingga si moda alias fisik dapat berlayar sesuai arah. Agar, fisik dapat beraksi sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Namun, jiwa letaknya yang ada di dalam sangatlah eksklusif. Untuk sungguh-sungguh bisa mengaksesnya, dibutuhkan koneksi yang khusus.

 Dan sayangnya ia rapuh. Ketika tidak terlatih, jiwa akan mudah terluka, mengunci diri ketika dunia terlalu kasar baginya. Alhasil jiwa  menyerahkan hak kendalinya pada fisik. Sehingga jadilah mode autopilot. Sebuah mode yang sekadar diarahkan fisik tak lain hanya berusaha agar tetap bisa bernafas. Saat di tanya tentang hari esok, impian, fisik akan menjawab; "impian? Apa itu? Apakah itu sesuatu yang bisa dimakan?"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cool CN BLUE

Whooooa. .. . .  . pengen treak!! masih dalam perasaan nggak menentu. Baru-baru ini, Setelah nonton Heart String, setelah kenal Yong Hwa, I'm falling in love with CNBLUE. Apalagi Setelah comeback nya di album ke tiga ini. Burning-JongHyun, kamu keren banget di MV Hey You. Baru sadar, senyumanmu mematikan*heheh*. Suaramu, sangat-sangat suka,  *:p* sejak denger "LOVE ",  Yakin deh, setelah ini nggak bakal jadi anonim lagi di CNBLUE. JongHyun, bias baruku. YongHwa, maaf menghianatimu. Minhyuk makin imut di album ke-3. JungShin tetep tinggi *ya iyalah*. MV berulang-ulang aku putar di bagian JongHyun keluar dari ruangan. Waktu dia jalan, sambil nyanyi dan senyum. Entah kesurupan setan apa aku spontan senyum-senyum sendiri, sambil tiruin gaya cherrybelle (pegang kedua pipi). JongHyun charming gila. . . *maap lebai* Ok, lepas dari JongHyun. CNBLUE selalu keren, suka lagu-lagunya. Nggak banyak juga kan Band yang berasal dari Korea. Lagu mereka enak di kupin...

Peringatan

 Seberapa jauh perjalanan yang perlu ditempuh untuk sampai? Ketika memikirkan hal ini, semuanya akan terasa berat. Pikiran, dan hati akan tebebani karena pandangan dipenuhi oleh ribuan langkah yang mesti ditempuh untuk tiba di tujuan. Ada juga yang tidak tahu sama sekali tentang tujuan mereka. Tak tahu kemana melangkah, tiap langkah kecilnya selalu diikuti ketakutan. Hingga kita kadang memutuskan untuk ambil jalan termudah, tidak melakukan apa-apa.  Namun, tidak melakukan apa-apa bukan berarti kamu tidak kemana-mana. Waktu akan menyeret kamu, ke tempat yang sama sekali tidak terprediksi, yang acap kali berupa tempat yang tidak mengenakkan, penyesalan. Tulisan ini adalah peringatan dan juga ajakan untuk diri sendiri yang kerap tak sengaja terlelap dan tak melakukan apapun.  Kalau boleh jujur berpendapat, sepertinya pikiranmu sudah terlalu terkontaminasi oleh keragu-raguan kronis. Ketidakpercayaandirimu sudah terlalu kronis, sepertinya. Bukan tanpa dasar sih, aku bicara dem...

Uncertainty

How do you get used to this feeling? The feeling of uncertainty, the feeling of fear of unknown. Rasanya ingin menghindar ketika dihadapkan dalam situasi ini. Namun, dibalik ketidaknyamanannya, this uncertainty feeling sometimes hides a treasure. This feeling has been with me since the afternoon. Aku mulai mengidentifikasi perasaan tidak nyaman ini sebagai ketakutanku jika tidak bisa mempresentasikan materi dengan baik. Padahal, ketika kuliah, perasaan ini adalah teman yang tiap hari menyapa. Di situasi semacam ini, aku perlu menjustifikasi banyak hal, menjelaskan berbagai macam hal termasuk cara kerja dunia dan pikiran orang lain untuk menenangkan diri. Aku juga mencoba untuk membelah diri, mencoba menjadi pengamat atas diriku yang sedang gelisah. Pengamat yang tak menghakimi, memvalidasinya, dan menghiburnya bahwa perasaan ini sungguh hal wajar, dan terkadang,sisi baiknya,  membuatku menyadari bahwa aku manusia.  Risiko orang overthinking, barangkali. Aku tengah berusaha men...