Menjawab pertanyaan sulit dengan "entahlah" adalah yang paling mudah. Yang tak memaksamu untuk berfikir, atau menjadi alasan bagi kamu yang malas berfikir. Sebab, ketika kamu menjawabnya dengan sungguh, akan ada periode kontemplasi untuk kamu menemukan jawabannya. Terkadang jawabannya pun tidak bisa universal. Di masa depan, ketika mentalmu sudah menjadi berbeda, mungkin jawaban itu tidak lagi relevan.
Namun demikian, jawaban atas pertanyaan sulit yang kamu fikirkan matang-matang siang dan petang itu mungkin bisa menjadi bintang utara untukmu dalam menjalani hidup. Meski di masa datang mungkin penunjuk arah itu akan usang, setidaknya hidup dengan arah mungkin lebih baik daripada tidak sama sekali. Bahkan bagi orang yang paling fleksibel sekalipun, yang prinsip hidupnya mengalir seperti air, mempunyai visi akan masa depan, alias arah tujuan mungkin juga lebih mendingan.
Berkontemplasi menemukan jawaban itu memang membutuhkan banyak waktu. Bagi yang jarang bersentuhan dengan diri atau terombang-ambing di tengah ombak kehidupan, bisa memakan waktu hingga berhari-hari bahkan lebih. Dan aku pun punya sebuah pertanyaan sulit yang setiap waktu menuntut sebuah jawaban. Kerap, aku menjawab pertanyaan itu entahlah. Namun, aku sendiri cukup mengerti bawa itu bukanlah sebuah jawaban. Seiring waktu tuntutan akan jawaban serius semakin terasa. Detik terus berjalan, seolah jawaban serius itu adalah password untuk menghentikan meletusnya bom waktu.
Komentar
Posting Komentar