Langsung ke konten utama

Proyeksi Hasrat

 Katanya mimpi adalah gambaran dari keinginan diri yang ingin digapai. Jika demikian, mungkinkah manusia ada kalanya tidak menyadari apa yang diinginkannya? Ah, mungkin ini juga berkaitan dengan dikotomi keinginan dan kebutuhan? Sebab pernah saya dengar, terkadang kita mengalami kesulitan dalam membedakan keinginan dan kebutuhan. Terlepas dari keinginan ataupun kebutuhan, disclaimer saja di tulisan ini saya menyebutnya hasrat. 

Jadi ini berhubungan dengan mimpi yang saya alami malam kemarin. Dalam mimpi itu saya berjalan bergandengan dengan seorang laki-laki sepantaran.Erat sekali dan tak ingin terlepas, rasanya nyaman sekali. Saya penasaran apa alasan kami saling bergandengan tangan, dan siapa kah sebenarnya sosok yang tengah menggandeng tangan saya. Sampai kemudian, ada karakter lain yang muncul dan berseloroh, "Eh, kalian pacaran?" Kami terkejut, tidak bisa menjawab. Bukan karena takut ketahuan, melainkan lebih kepada kebingungan mengenai status apa yang mendasari akitvitas bergandengan tangan ini. 

Sejujurnya, saya merasa agak menyedihkan menceritakan mimpi bergandengan tangan, sementara mungkin orang-orang di luar sana menganggapnya sebagai hal biasa di dunia realis. Namun bukan itu yang saya sampaikan. Intinya, sekelumit kisah dalam mimpi tadi begitu nyata, sehingga saya masih bisa mengingat alurnya dan merasakan ambience-nya setelah terbangun. Apakah ini adalah sebuah proyeksi dari kebutuhan saya? Ataukah sesungguhnya saya mempunyai hasrat tersembunyi untuk digandeng seseorang? 

Apapun itu, sebaiknya overthinking oleh sebuah mimpi sebaiknya segera saya hentikan. Sudah terlalu lama saya hidup dalam mimpi. Meskipun realitas begitu kacau, semoga bisa bertahan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cool CN BLUE

Whooooa. .. . .  . pengen treak!! masih dalam perasaan nggak menentu. Baru-baru ini, Setelah nonton Heart String, setelah kenal Yong Hwa, I'm falling in love with CNBLUE. Apalagi Setelah comeback nya di album ke tiga ini. Burning-JongHyun, kamu keren banget di MV Hey You. Baru sadar, senyumanmu mematikan*heheh*. Suaramu, sangat-sangat suka,  *:p* sejak denger "LOVE ",  Yakin deh, setelah ini nggak bakal jadi anonim lagi di CNBLUE. JongHyun, bias baruku. YongHwa, maaf menghianatimu. Minhyuk makin imut di album ke-3. JungShin tetep tinggi *ya iyalah*. MV berulang-ulang aku putar di bagian JongHyun keluar dari ruangan. Waktu dia jalan, sambil nyanyi dan senyum. Entah kesurupan setan apa aku spontan senyum-senyum sendiri, sambil tiruin gaya cherrybelle (pegang kedua pipi). JongHyun charming gila. . . *maap lebai* Ok, lepas dari JongHyun. CNBLUE selalu keren, suka lagu-lagunya. Nggak banyak juga kan Band yang berasal dari Korea. Lagu mereka enak di kupin...

Peringatan

 Seberapa jauh perjalanan yang perlu ditempuh untuk sampai? Ketika memikirkan hal ini, semuanya akan terasa berat. Pikiran, dan hati akan tebebani karena pandangan dipenuhi oleh ribuan langkah yang mesti ditempuh untuk tiba di tujuan. Ada juga yang tidak tahu sama sekali tentang tujuan mereka. Tak tahu kemana melangkah, tiap langkah kecilnya selalu diikuti ketakutan. Hingga kita kadang memutuskan untuk ambil jalan termudah, tidak melakukan apa-apa.  Namun, tidak melakukan apa-apa bukan berarti kamu tidak kemana-mana. Waktu akan menyeret kamu, ke tempat yang sama sekali tidak terprediksi, yang acap kali berupa tempat yang tidak mengenakkan, penyesalan. Tulisan ini adalah peringatan dan juga ajakan untuk diri sendiri yang kerap tak sengaja terlelap dan tak melakukan apapun.  Kalau boleh jujur berpendapat, sepertinya pikiranmu sudah terlalu terkontaminasi oleh keragu-raguan kronis. Ketidakpercayaandirimu sudah terlalu kronis, sepertinya. Bukan tanpa dasar sih, aku bicara dem...

Uncertainty

How do you get used to this feeling? The feeling of uncertainty, the feeling of fear of unknown. Rasanya ingin menghindar ketika dihadapkan dalam situasi ini. Namun, dibalik ketidaknyamanannya, this uncertainty feeling sometimes hides a treasure. This feeling has been with me since the afternoon. Aku mulai mengidentifikasi perasaan tidak nyaman ini sebagai ketakutanku jika tidak bisa mempresentasikan materi dengan baik. Padahal, ketika kuliah, perasaan ini adalah teman yang tiap hari menyapa. Di situasi semacam ini, aku perlu menjustifikasi banyak hal, menjelaskan berbagai macam hal termasuk cara kerja dunia dan pikiran orang lain untuk menenangkan diri. Aku juga mencoba untuk membelah diri, mencoba menjadi pengamat atas diriku yang sedang gelisah. Pengamat yang tak menghakimi, memvalidasinya, dan menghiburnya bahwa perasaan ini sungguh hal wajar, dan terkadang,sisi baiknya,  membuatku menyadari bahwa aku manusia.  Risiko orang overthinking, barangkali. Aku tengah berusaha men...