Katanya mimpi adalah gambaran dari keinginan diri yang ingin digapai. Jika demikian, mungkinkah manusia ada kalanya tidak menyadari apa yang diinginkannya? Ah, mungkin ini juga berkaitan dengan dikotomi keinginan dan kebutuhan? Sebab pernah saya dengar, terkadang kita mengalami kesulitan dalam membedakan keinginan dan kebutuhan. Terlepas dari keinginan ataupun kebutuhan, disclaimer saja di tulisan ini saya menyebutnya hasrat.
Jadi ini berhubungan dengan mimpi yang saya alami malam kemarin. Dalam mimpi itu saya berjalan bergandengan dengan seorang laki-laki sepantaran.Erat sekali dan tak ingin terlepas, rasanya nyaman sekali. Saya penasaran apa alasan kami saling bergandengan tangan, dan siapa kah sebenarnya sosok yang tengah menggandeng tangan saya. Sampai kemudian, ada karakter lain yang muncul dan berseloroh, "Eh, kalian pacaran?" Kami terkejut, tidak bisa menjawab. Bukan karena takut ketahuan, melainkan lebih kepada kebingungan mengenai status apa yang mendasari akitvitas bergandengan tangan ini.
Sejujurnya, saya merasa agak menyedihkan menceritakan mimpi bergandengan tangan, sementara mungkin orang-orang di luar sana menganggapnya sebagai hal biasa di dunia realis. Namun bukan itu yang saya sampaikan. Intinya, sekelumit kisah dalam mimpi tadi begitu nyata, sehingga saya masih bisa mengingat alurnya dan merasakan ambience-nya setelah terbangun. Apakah ini adalah sebuah proyeksi dari kebutuhan saya? Ataukah sesungguhnya saya mempunyai hasrat tersembunyi untuk digandeng seseorang?
Apapun itu, sebaiknya overthinking oleh sebuah mimpi sebaiknya segera saya hentikan. Sudah terlalu lama saya hidup dalam mimpi. Meskipun realitas begitu kacau, semoga bisa bertahan
Komentar
Posting Komentar