Kepala terasa agak berat. Mungkinkah ini dampak dari konsumsi daging yang mulai melebihi ambang batas? Ataukah karena aktivitas fisik yang kurang? Bisa jadi dua-dauanya dan aku tak ingin nantinya menjadi hambatan dalam beraktivitas. Kurasa aku harus mulai mengatu pola hidupku dengan kesadaran penuh.
Visi itu seperti timbul tenggelam dalam hati. Kadang tampak jelas, namun tak jarang tersaput halimun membuatnya terlihat muram. Terutama jika suatu hari aku terlalu terekspos oleh galeri pencapaian di mesia sosial. Seolah aku telah kalah dalam maraton. Namun, kegelisahan ini tak terlalu terasa ketika aku membiarkan diri fokus berada di masa sekarang. Beberapa saat lalu, ketika aku menghadap Tuhan, aku merasa sesaat bahwa keberadaanku di dunia ini begitu magis dan mengharukan. Entah apa, mungkin karena memang kekerdilan ini akan terasa nyata saat kita berada dalam kesadaran penuh. Di saat yang sama, aku merasa kedamaian yang tak ada duanya.
Namun sayangnya, sensasi itu hanya sesaat lalu. Kemudian berlalu seiring pikiran yang mendikte, ingin terburu-buru. Padahal jika dipikir-pikir. Yang ia diktekan itu tak lain adalah arus deras informasi dari gawai. Tak terlalu penting, jika dipikir-pikir lagi. Di tahap ini, aku merasa harus mulai mengurangi porsi screentime agar tak turut menjadi korban FOMO. Aku ingin lebih bersabar dengan proses yang tengah kutempuh, menghargai sekecil apapun pencapaian itu. Dan memberikannya apresiasi.
Komentar
Posting Komentar