Langsung ke konten utama

Emosi itu Seperti Suhu

 Ada kalanya kita begitu dingin, hingga apa yang berada di sekitar tak mampu menyentuh hati. Rasanya begitu apatis, sehingga tamparan orang yang dikenalpun tak lebih dari angin lalu. Namun ada pula saat dimana semua begitu mengganggu, rasanya selalu ingin melempar serapah. Saraf tubuh  begitu sensitif hingga hal terkecilpun membuatmu ingin marah. Namun ada juga waktu ketika kita dapat memilih, memahami, mengethui bahwa hidup adalah kausalitas, yang membuatmu berfikir maklum pada apa saja yang terjadi di depan. 

Hari ini aku menemukan orang-orang baik. Mereka membuka pintu rumah  untuk orang asing. Menyuguhkan teh hangat dan mempersilakanku masuk dengan begitu ramah. Aku yang dipersilakan sebagai tamu jadi minder. Setelahnya aku hanya bisa berdoa agar mereka bisa masuk surga dan diberikan suguhan terlezat oleh Tuhan. Aku juga mendengarkan berbagai cerita. Sayang, waktuku terbatas, ada tenggat yang perlu dikejar. Energiku memang seperti terkuras, namun di sisi lain mendengarkan cerita orang lain juga menarik. Kuharap aku bisa memberikan respon yang tidak mengecewakan. Ngomong-omong bagaimana ya?

Harus diakui, kemampuan komunikasi memanglah satu kelemahanku saat ini. Terkadang tentang intonasi yang tidak pas, tanggapan yang tidak harmonis, dan volume suara yang kurang lantang. Ya, menurutku memang harus dilatih, sih. Era harap maklum, harap malum bagiku sudah berakhir ku rasa. Era menyalahkan orang lain sudah saatnya kugantikan solution oriented. Menyalahkan orang lain tidak lagi membuatku puas, sebab sosok yang kau salahkan belum tentu berubah sesuai dengan keinginan. 

Ya, kita tidak bisa mengendalikan apa yang dilakukan oleh orang lain. Yang bisa dikendlikan adalah diri sendiri. Emosi kita. Ya, karena emosi adalah kemudi dalam diri manusia. Namun emosi adalah suhu, yang bisa naik, turun. Ketika terlalu panas, kau bisa menghancurkan apapun yang ada di sekitarmu tanpa belas kasih. Ketika kau terlalu dingin, kau bisa melukai di sekitarmu tanpa kamu sadari. Jadi, suhu ini sebaiknya ada dalam kondisi normal. Dan tugas kamu saat ini adalah mencari remote suhu untuk emosi dirimu. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cool CN BLUE

Whooooa. .. . .  . pengen treak!! masih dalam perasaan nggak menentu. Baru-baru ini, Setelah nonton Heart String, setelah kenal Yong Hwa, I'm falling in love with CNBLUE. Apalagi Setelah comeback nya di album ke tiga ini. Burning-JongHyun, kamu keren banget di MV Hey You. Baru sadar, senyumanmu mematikan*heheh*. Suaramu, sangat-sangat suka,  *:p* sejak denger "LOVE ",  Yakin deh, setelah ini nggak bakal jadi anonim lagi di CNBLUE. JongHyun, bias baruku. YongHwa, maaf menghianatimu. Minhyuk makin imut di album ke-3. JungShin tetep tinggi *ya iyalah*. MV berulang-ulang aku putar di bagian JongHyun keluar dari ruangan. Waktu dia jalan, sambil nyanyi dan senyum. Entah kesurupan setan apa aku spontan senyum-senyum sendiri, sambil tiruin gaya cherrybelle (pegang kedua pipi). JongHyun charming gila. . . *maap lebai* Ok, lepas dari JongHyun. CNBLUE selalu keren, suka lagu-lagunya. Nggak banyak juga kan Band yang berasal dari Korea. Lagu mereka enak di kupin...

Peringatan

 Seberapa jauh perjalanan yang perlu ditempuh untuk sampai? Ketika memikirkan hal ini, semuanya akan terasa berat. Pikiran, dan hati akan tebebani karena pandangan dipenuhi oleh ribuan langkah yang mesti ditempuh untuk tiba di tujuan. Ada juga yang tidak tahu sama sekali tentang tujuan mereka. Tak tahu kemana melangkah, tiap langkah kecilnya selalu diikuti ketakutan. Hingga kita kadang memutuskan untuk ambil jalan termudah, tidak melakukan apa-apa.  Namun, tidak melakukan apa-apa bukan berarti kamu tidak kemana-mana. Waktu akan menyeret kamu, ke tempat yang sama sekali tidak terprediksi, yang acap kali berupa tempat yang tidak mengenakkan, penyesalan. Tulisan ini adalah peringatan dan juga ajakan untuk diri sendiri yang kerap tak sengaja terlelap dan tak melakukan apapun.  Kalau boleh jujur berpendapat, sepertinya pikiranmu sudah terlalu terkontaminasi oleh keragu-raguan kronis. Ketidakpercayaandirimu sudah terlalu kronis, sepertinya. Bukan tanpa dasar sih, aku bicara dem...

Uncertainty

How do you get used to this feeling? The feeling of uncertainty, the feeling of fear of unknown. Rasanya ingin menghindar ketika dihadapkan dalam situasi ini. Namun, dibalik ketidaknyamanannya, this uncertainty feeling sometimes hides a treasure. This feeling has been with me since the afternoon. Aku mulai mengidentifikasi perasaan tidak nyaman ini sebagai ketakutanku jika tidak bisa mempresentasikan materi dengan baik. Padahal, ketika kuliah, perasaan ini adalah teman yang tiap hari menyapa. Di situasi semacam ini, aku perlu menjustifikasi banyak hal, menjelaskan berbagai macam hal termasuk cara kerja dunia dan pikiran orang lain untuk menenangkan diri. Aku juga mencoba untuk membelah diri, mencoba menjadi pengamat atas diriku yang sedang gelisah. Pengamat yang tak menghakimi, memvalidasinya, dan menghiburnya bahwa perasaan ini sungguh hal wajar, dan terkadang,sisi baiknya,  membuatku menyadari bahwa aku manusia.  Risiko orang overthinking, barangkali. Aku tengah berusaha men...