Hidup manusia biasa dianalogikan menjadi berbagai hal. Fenomena alam, perjalanan, roda yang berputar, bianglala, pusaran, you named it. Filusuf, penyair, pujangga, penulis, seniman bermacam-macam mengartikan kehidupan. Sayapun terkadang mengartikannya dengan versi sendiri ketika melihat suatu fenomena unik di alam. Misal, saya pernah mengaitkan kehidupan dengan keseimbangan. Baik buruk, gelap terang, dan sebagainya. Terkadang saya juga mengamini para penulis yang mengungkapkan kehidupan identik dengan perjalanan. Tentu saja itu benar, dan tidak ada yang salah tentang pikiran manusia dalam memaknai kehidupannya. Dalam analogi perjalanan ini saya merasa saya sudah tiba di hampir separuh perjalanan dan mendapati persimpangan besar yang akan menentukan kemana saya akan bersauh. Pilihan krusial, yang mana saya tidak ingin menyesalinya. Hampir dua puluh lima tahun kehidupan, sambil memperingatkan diri, saya mengingatkan untuk segera menentukan langkah. Siang ...