Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

Kedamaian di Masa Kecil

Hari raya kurban . Takbir memenuhi udara tak putus-putus melalui toa yang tersebar di penjuru desa. Hari raya di sini ramai. Orang-orang merayakannya selayaknya hari raya. Kuharap hal seperti ini akan selalu menjadi hari istimewa. Sayanganya, semakin dewasa seseorang, mereka jadi terlalu familier dengan keistimewaan ini. Hingga membuatnya biasa saja. Andai kita menganggap setiap hari adalah hari yang baru, pastinya semangat itu bisa lebih menyala setiap tahunnya. Maka kita harus berterima kasih pada anak-anak. Energi merekalah yang membuat hari istimewa ini gempita.  Sambil menantikan kiriman daging kurban yang katanya hendak diantarkan, aku hendak memulai agendaku. Dan menuliskan apa yang tengah kupikirkan menjadi suatu hal yang kurasa perlu kulakukan untuk mampu mengorganisir isi pikiran. Hal ini masih terasa asing, sebab biasanya aku hanya membiarkan saja emosi dan fikiran bersinergi membuat kekacauan yang berakibat pada berantakannya sebuah rencana.  Menuliskan ini juga me...

Gundah Terburu-buru

Jelah tengah hari, aku menjadi pengunjung pertama sebuah coffe shop di sudut kota Jogja. Kota ini selalu punya daya tarik untuk diceritakan. Jadi kusebutkan saja. Sesaat sebelum menuliskan ini, aku hendak memulai sesi belajar mandiri. Namun terasa ada yang mengganjal, seperti minta diutarakan. Lagi, aku nggak mengerti apa. Rasanya berkabut, dan aku hanya bisa meraba-raba rasa itu.  Mungkin ini perasaan gundah akan ketidakpastian. Aku yang memilih di luar jalur default ini bisa jadi merasa kegundahan itu. Mungkinkah ini ketakutan akan ketertinggalan? Namun jika diturut lagi, memilih jalur ini tanpa sungguh-sungguh akan membuatmu terkadang merasa terkutuk. Tapi sekali lagi, aku telah berusaha keras untuk menutup arus pemikiran itu. Sebab jika dituruti lebih jauh, sudah pasti ia akan mengantarkanmu pada jurang gelap. Jadi selain berupaya mengendalikan turbulensi emosi yang  cukup sering terjadi, aku juga perlu mengendalikan pikiran-pikiran menyesatkan yang menjadi pemicu turbulen...

Setapak Senyap

 Untukmu yang memilih untuk tak meninggalkan impian masa kecilmu. Aku harus beri tahu, bahwa memilih jalan ini berarti memilih jalan terjal berliku. Tak banyak yang mau melewatinya, jadi kamu musti siapkan parang atau sabit untuk menebas semak belukar yang akan menutup jalanmu. Konsisten tak bisa lagi ditawar, kecuali kamu memilih menyerah di tengah jalan. Namun lihatlah, saat ini kamu sedang di tengah rerimba yang mengunngkung. Kamu sepertinya tengah ragu antara ingin manju atau mundur.  Kamu sudah terlanjur memilih opsi-opsi itu di masa lalu. Maka jadilah kamu di sini sekarang. Jika kamu ingin beranjak dari kegundahan ini, maka kamu musti mulai membuat keputusan berani. Jikalau terasa sulit, ambil sejenak waktu untuk semangati dirimu. Sayangnya tidak ada orang lain, di jalur ini kamu adalah single fighter. Aku tidak yakin ada yang mau menyemangatimu. Namun jika kamu yakin ini menjadi jalanmu, maka yakinlah bahwa dukungan dari Tuhan ada bersamamu. Apa lagi yang kurang, jika P...

Euforia dan Debaran yang Bikin Pusing

Jelang tenggat waktu sebuah kompetisi, aku fokus menghabiskan waktu untuk menyelesaikan sebuah karya. Karya yang saya buat dengan cukup niat, karena merupakan interpretasi dari karya lain yang ku kagumi. Setelah merampungkan semuanya, emosi yang aneh melingkupi. Aku merasa deg-degan dengan sebuah euforia yang asing. Serasa seperti ketika hendak menghadapi ujian. Ada adrenalin yang membuncah.  Saat mengumpulkan karyapun, tidak bisa sesantai biasanya. Tangan sedikit tremor karena emosi ini. Aku tidak yakin apa yang sedang saya rasakan. Mungkin karena saya menantikan sesuatu yang baik , atau karena ekspektasi yang berlebih akan sesuatu. Namun saat itu aku sadar bahwa emosi ini sudah luber, alias berlebihan. Aku harus segera menetralkannya sebelum semuanya berantakan. Sesaat kemudian, emosi ini agak mereda, digantikan oleh kepala berdenyut.  Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, kenapa saya merasakan emosi ini? Sungguh nggak biasa, dan aku tidak menyukainya. Seperti badai ses...

Dominasi Emosi

Emosi hari ini didominasi oleh rasa bingung. Ada hal-hal yang tengah aku nantikan namun tampak masih menggantung. Mungkin hari ini adalah satu bagian dari ujian kesabaran. Aku jadi ingat dalam suatu ayat, bahwa manusia adalah makhluk yang terburu-buru. Terkadang, dan memang sering kali emosi semacam ini disebabkan oleh kekhawatiran akan masa depan, dan karena itu kita sering jadi tak sabaran. Ada "jangan-jangan" yang menakut-nakuti. Di sini, aku ingin belajar menunggu. Belajar bersabar, dan berserah. Berhenti menghawatirkan hal-hal yang belum terjadi dan hidup di masa sekarang. Ketika aku mempraktikkan ini dan fokus hidup di masa sekarang, ada semacam euforia, yang asing dan sederhana. Namun menenangkan. Tanpa rasa takut, tanpa rasa khawatir.  Jikalaupun ada hal-hal yang diluar harapan, hadapi dengan tenang. Minta bantuan Tuhan, dan yakin bahwa apapun itu sementara. Jangan lupa juga untuk bicara pada diri sendiri, menghiburnya agar tak lagi khawatir. Katakan padanya untuk men...

Jelang Stasiun Transit

 Hari ini adalah hari terakhirku terikat kontrak pekerjaan dengan satu entitas. Kuputuskan untuk beranjak karena merasa tidak cukup tangguh untuk menahan nafas dalam rutinitas lingkaran yang sama. Sungguh, mereka yang bisa bertahan dalam rutinitas konstan itu bagiku adalah manusia tangguh. They can love what they do, despite of the bored. Berada diantara mereka membuatku berbeda. Namun bagaimanapun, kesempatan bersama mereka memberiku pelajaran, untuk menghargai setiap pekerjaan. Apapun itu, ada tantangannya. Aku pilih berhenti di stasiun transit, berganti kereta dengan harapan perjalanan kali ini sedikit lebih berwarna. Harapannya juga bisa membuatku lebih berkembang, khususnya dalam kehidupan sosial yang tampaknya sulit untukku terkualifiasi. Ada banyak yang perlu dipelajari agar bisa memberikan lebih banyak manfaat. Dan yang tak kalah penting, tentu saja berkompromi dengan diri sendiri. Sebab menerima cara kerja dan aturan masyarakat bisa lebih mudah jika diriku mau membuka, bel...

Kalah Agar Tidak Serakah

 Terasa agak pening, kepala ini seperti penuh oleh hal tidak berguna. Mungkin seperti struk belanja atau resi sisa pengambilan uang tunai dari ATM yang tersebar di meja. Perihal remeh yang kubiarkan begitu saja tanpa menganggapnya perlu dibersihkan. Akhirnya seolah menumpuk, memenuhi ruang pikir yang semestinya bisa diajak berkompromi terhadap tujuan.  Kelopak mata makin berat oleh gravitasi bumi dan juga gravitasi beban hidup. Ia mengantuk meminta lelap, namun distraksi di tengah modernisasi juga sudah begitu masif mengganggunya. Ia masih ingin terjaga demi kesia-siaan. Lalu biasanya si pemilik kelopak mata itu esoknya akan menyesal karena bangun kesiangan. Siklus laknat yang ia harapkan bisa berakhir, sebab telah menuntunnya melenceng jauh dari jalan lurus.  Dan menulis adalah salah satu penyelamat untuk setidaknya mengintip apa maksud gundah gulananya. Ia seperti lubang kunci yang membawanya untuk menganalisis pengalaman yang ia rasakan di masa lalu. Maksudnya tadi sia...

Berdamai dengan Penderitaan

Mengubah diri, berarti kamu harus siap untuk meninggalkan identitas dirimu yang lama. Label-label yang telah lama tersemat di lehermu, yang membentuk ego. Yang tanpanya,  kamu akan merasa bukan kamu adalah hal yang harus siap kamu tinggalkan. Masa transisi ini mungkin akan menjadi fase yang sulit. Ada masa di mana kamu kehilangan diri. Maka kesadaran bahwa masa transisi itu adalah sementara adalah bagian penting untuk menjadi karakter yang baru. Dan bagaimana cara untuk melewatinya? Mungkin dengan menikmatinya. Menikmati penderitaan.  Namun kemudian, penderitaan sendiri adalah relatif. Penderitaan terjadi ketika kita mengidentikkan suatu hal dengan emosi negatif, entah itu kesedihan, kemarahan, atau yang lain. Maka yang perlu diingatkan setiap kali hal yang buruk atau tidak diinginkan terjadi adalah bahwa setiap kejadian adalah wajar. Tidak perlu berlebihan mencurahkan emosi terhadap sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana. Sebab melayani semua itu dengan kemarahan dan kese...

Menjadi Anomali itu, Sepi

Hari panjang yang kukira cukup sia-sia akhirnya akan pungkas beberapa jam lagi. Tubuh dan fikiran ini masih kesulitan bersinkronisasi untuk mempraktikkan apa yang banyak dibicarakan di buku-buku pengembangan diri, "Mindfulness". Sebuah konsep bahwa hidup ideal adalah hidup di masa sekarang, tanpa banyak pikir tentang masa lalu atau cemas akan masa depan.  Sayangnya, konsep itu begitu sulit dipraktikkan. Aku cukup kecewa dengan beberapa keputusan dan reaski emosional yang terjadi padaku hari ini. Oke, untuk sebagian orang mungkin agak sulit dimengerti. Namun isi fikiran seorang introvert biasanya penuh dengan penyesalan-penyesalan dan kontemplasi yang membuang-buang waktu. Tubuhnya mungkin hanya terbaring di atas tempat tidur, namun fikirannya mungkin sudah hampir terseret medan black hole.  Terkadang sok-sokan filosofis, padahal nyatanya nggak pernah dipraktekkan. Sebagian orang mengatgorikannya sebagai loser. Hari ini, aku merasa bahwa reaksi emosionalku terhadap satu hal te...

Tekad itu Seberapa Jauh?

Setiap episode kehidupan itu berharga. Begitu istimewa bagi kamu yang bisa memahaminya. Mungkin itulah kenapa Tuhan meminta manusia berfikir. Sebab tanpa memahami istimewanya, kita akan membiarkan diri melewati hari dengan autopilot. Setiap keputusan ditentukan dengan auto-mode. Tentu saja, yang akan dipilih adalah opsi yang paling mudah. Konsekuensi jangka pendek yang tidak menuntutmu untuk banyak melakukan aksi.  Saat tengah menuliskan ini, aku ada dalam kodisi sedikit sadar. Maksudku, ada lilin kecil yang menyala yang tengah memanaskan tekad untuk menjadi manusia yang lebih lurus. Ada energi yang menuntut perubahan diri. Aku menganggapnya sebagai energi positif. Dengan energi ini, ada semacam kesadaran untuk bisa mengendalikan emosi. Ada sebuah bisikan bahwa rasa gelisah dan himpitan di dada yang kerap kurasakan itu adalah hal yang wajar. Energi ini bisa mengendalikanku, mengabaikan sensasi itu untuk tetap ambil aksi, alih-alih merebahkan diri - yang biasanya menjadi opsi yang k...