Langsung ke konten utama

Kedamaian di Masa Kecil

Hari raya kurban . Takbir memenuhi udara tak putus-putus melalui toa yang tersebar di penjuru desa. Hari raya di sini ramai. Orang-orang merayakannya selayaknya hari raya. Kuharap hal seperti ini akan selalu menjadi hari istimewa. Sayanganya, semakin dewasa seseorang, mereka jadi terlalu familier dengan keistimewaan ini. Hingga membuatnya biasa saja. Andai kita menganggap setiap hari adalah hari yang baru, pastinya semangat itu bisa lebih menyala setiap tahunnya. Maka kita harus berterima kasih pada anak-anak. Energi merekalah yang membuat hari istimewa ini gempita. 

Sambil menantikan kiriman daging kurban yang katanya hendak diantarkan, aku hendak memulai agendaku. Dan menuliskan apa yang tengah kupikirkan menjadi suatu hal yang kurasa perlu kulakukan untuk mampu mengorganisir isi pikiran. Hal ini masih terasa asing, sebab biasanya aku hanya membiarkan saja emosi dan fikiran bersinergi membuat kekacauan yang berakibat pada berantakannya sebuah rencana. 

Menuliskan ini juga menjadi semacam afirmasi diri untukku agar bisa mengendalikan ketidakstabilan di dalam diri. Perlahan, dan berusaha untuk nggak terburu-buru. Aku ingin berdamai dengan diriku sendiri. Dengan memahaminya dalam tataran yang lebih dalam. Sudah lelah rasanya membiarkan emosi ini menguasai dan menjadi tak terkendali. Dan yang kusadari kemudian adalah kedamaianlah yang kuinginkan. 

Bicara tentang kedamaian hati, semalam tadi aku merasakan sebuah kedamaian yang begitu familiar. Rasanya seperti nostalgia. Damai itu ada di diriku di masa kecil. Semua hal di dunia ini terasa harmonis, dan aku tak menghawatirkan apapun. Rasanya mungkin seperti dipeluk dalam kehangatan. Aku tidak yakin bagaimana sensasi damai itu muncul. Kedamaian yang sangat sulit kutemukan setelah menjadi dewasa, yang sayangnya hanya berlangsung sesaat. 

Kedamaian itu seperti penyembuh. Badanku terasa lebih segar setelah bangun. Aku ingin merasakannya lagi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cool CN BLUE

Whooooa. .. . .  . pengen treak!! masih dalam perasaan nggak menentu. Baru-baru ini, Setelah nonton Heart String, setelah kenal Yong Hwa, I'm falling in love with CNBLUE. Apalagi Setelah comeback nya di album ke tiga ini. Burning-JongHyun, kamu keren banget di MV Hey You. Baru sadar, senyumanmu mematikan*heheh*. Suaramu, sangat-sangat suka,  *:p* sejak denger "LOVE ",  Yakin deh, setelah ini nggak bakal jadi anonim lagi di CNBLUE. JongHyun, bias baruku. YongHwa, maaf menghianatimu. Minhyuk makin imut di album ke-3. JungShin tetep tinggi *ya iyalah*. MV berulang-ulang aku putar di bagian JongHyun keluar dari ruangan. Waktu dia jalan, sambil nyanyi dan senyum. Entah kesurupan setan apa aku spontan senyum-senyum sendiri, sambil tiruin gaya cherrybelle (pegang kedua pipi). JongHyun charming gila. . . *maap lebai* Ok, lepas dari JongHyun. CNBLUE selalu keren, suka lagu-lagunya. Nggak banyak juga kan Band yang berasal dari Korea. Lagu mereka enak di kupin...

Peringatan

 Seberapa jauh perjalanan yang perlu ditempuh untuk sampai? Ketika memikirkan hal ini, semuanya akan terasa berat. Pikiran, dan hati akan tebebani karena pandangan dipenuhi oleh ribuan langkah yang mesti ditempuh untuk tiba di tujuan. Ada juga yang tidak tahu sama sekali tentang tujuan mereka. Tak tahu kemana melangkah, tiap langkah kecilnya selalu diikuti ketakutan. Hingga kita kadang memutuskan untuk ambil jalan termudah, tidak melakukan apa-apa.  Namun, tidak melakukan apa-apa bukan berarti kamu tidak kemana-mana. Waktu akan menyeret kamu, ke tempat yang sama sekali tidak terprediksi, yang acap kali berupa tempat yang tidak mengenakkan, penyesalan. Tulisan ini adalah peringatan dan juga ajakan untuk diri sendiri yang kerap tak sengaja terlelap dan tak melakukan apapun.  Kalau boleh jujur berpendapat, sepertinya pikiranmu sudah terlalu terkontaminasi oleh keragu-raguan kronis. Ketidakpercayaandirimu sudah terlalu kronis, sepertinya. Bukan tanpa dasar sih, aku bicara dem...

Uncertainty

How do you get used to this feeling? The feeling of uncertainty, the feeling of fear of unknown. Rasanya ingin menghindar ketika dihadapkan dalam situasi ini. Namun, dibalik ketidaknyamanannya, this uncertainty feeling sometimes hides a treasure. This feeling has been with me since the afternoon. Aku mulai mengidentifikasi perasaan tidak nyaman ini sebagai ketakutanku jika tidak bisa mempresentasikan materi dengan baik. Padahal, ketika kuliah, perasaan ini adalah teman yang tiap hari menyapa. Di situasi semacam ini, aku perlu menjustifikasi banyak hal, menjelaskan berbagai macam hal termasuk cara kerja dunia dan pikiran orang lain untuk menenangkan diri. Aku juga mencoba untuk membelah diri, mencoba menjadi pengamat atas diriku yang sedang gelisah. Pengamat yang tak menghakimi, memvalidasinya, dan menghiburnya bahwa perasaan ini sungguh hal wajar, dan terkadang,sisi baiknya,  membuatku menyadari bahwa aku manusia.  Risiko orang overthinking, barangkali. Aku tengah berusaha men...