Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Catatan Pergantian Tahun

Akhir tahun, saatnya kontempelasi. Tahun ini ada banyak hal yang patut disyukuri. Aku belajar untuk mecari hikmah di balik berbagai kesulitan. Beberapa wish list di tahun lalu, Alhamdulillah dapat tercapai, meskipun ada beberapa yang masih perlu diperjuangkan. Tentu saja, hidup ini tentang perjuangan. Entah itu sekadar berjuang untuk bangkit dari tempat tidur , untuk menjalankan rutinitas yang melelahkan atau apapun. Berjuang adalah esensi hidup. Sebab ada banyak hal yang perlu dilawan.  Dalam diripun ada bayangan yang perlu dilawan. Namun ada pula sisi yang perlu mendapat peghargaan. Ada mitra yang perlu kita dengar bisikannya. Ia agak introvert, sehingga gagasannya kerap tak terdengar jika kita terlalu sibuk dengan dunia. Namanya hati kecil. Tahun ini, aku merasa telah jauh meninggalkannya. Namun ternyata, ia masih disana. Akhir-akhir ini aku kerap mendengarkannya, meskipun terkadang gagasannya hanya kuiyakan saja tanpa dilanjuti aksi.  Baiklah, mengenai hati, saya harap dia...

Mudah Bad Mood

 Ketika lahir, manusia tercipta dengan spek tertentu. Dengan kecenderungan tertetu. Mungkin di dunia psikologi kamu akan menyebutnya dengan karakter.  Saya mengenali diri saya sebakai seseorang dengan emosi yang sensitif, seperti termometer. Banyak hal yang mudah sekali mengusik hati, yang berujung pada mood yang negatif alias bad mood.  Beberapa menit menggerutu, dan beberapa jam terasa tidak minat melakukan apapun. Benar-benar, bad mood ini adalah salah satu hal yang paling berpengaruh dalam procrastinating. Mudah sekali sebal dengan hal kecil adalah salah satu kelemahan yang tidak bisa dipungkiri. Bagaimana mengatasinya, saya masih bertanya-tanya. 

Ramu-rambu

 Jika ditanya apa yang paling kamu suka dari hidup, saya akan sulit menjawabnya dengan jujur. Sebab, bagian terbaik adalah tidur. Di dalam tidur, ada banyak posibilitas yang mungkin terjadi. Bertemu artis Korea bahkan alien pun bisa terjadi. Pengalaman yang semacam mustahil dalam ranah realitas.  Jika Mengatakan hal ini pada seorang ambisius, pasti saya akan habis didebat. Jadi biarkan saya menyimpannya sebagai rahasia pribadi. Semakin kesini, saya menyadari bahwa menjadi ambis tidak cocok dengan diri saya. Dengan munculnya kesadaran itu Saat ini saya menyadari sudah jauh tertinggal. Mereka yang sebaya saya telah tumbuh, dan mempelajari banyak hal sebagai rambu-rambu untuk hidup yang lebih baik. Menjadi dewasa dan bertanggung jawab.  Saya ingin sekali menemukan pencapaian-pencapaian itu. Layaknya mereka yang disebut manusia dewasa. Namun, jiwa saya terasa sulit berpaling dari masa kecilnya. Ia menyukai mimpi, tidur seperti bayi dan pikirannya kerap melalang buana, menying...

Tentang Self Control

 Apa yang membuatmu kadangkala merasa ringan ataupun berat. Libur hari ini, kupikir menjadi semacam refreshment. perut buncit ini, meskipun semestinya minta dikempeskan tak lantas membuatnya bekerjasama dengan rasionalitas. Sebab nyatanya hari ini saya memutuskan untuk mengolah sebuah kudapan untuk camilan. Intinya ilustrasi di atas menunjukkan bahwa hari ini saya cukup bersemangat untuk beraktivitas. Apa gerangan sebab? Adakah ini semacam pengaruh hormon? Namun sebentar, saya ingin mengingatkan diri saya untuk bersyukur karena dapat melewati hari yang ringan dengan suasana dada yang tak sepengap biasanya. Kuharap kedepannya saya juga dapat menikmati hidup yang ringan.  Bagi saya yang mempunai siklus emosi yang tidak stabil, bangun dari tempat tidur menjadi sebuah tantangan awal episode pada tiap harinya. Ada kalanya nuansa negatif menyelimuti, ada kalanya juga ada bisikan ilahi yang begitu menyayangi kehidupan. Ketika nuansa negatif itu meliputi ruang tidurku tidak bisa diela...

Suka itu Akan Jatuh Pada Dia yang Menemani (Cerita Kopi)

Ini adalah petang yang cukup langka, dimana aku mempunyai persedian es kopi susu yang kubeli sore tadi. Sudah mendekati tandas, sehingga seruputan terakhir ini  kusayang-sayang. Usai satu tegukan, sambil memejam, aku bergumam. "Uh, enak banget sih... Kopi" Dan setelah itu terbersit di pertanyaan dari dalam diri, BTW, sejak kapan sih aku suka kopi?  Lalu kemudian aku menuliskan ini sambil mencoba bernostalgia. Harap maklum, makhluk seperti saya memang kerap dibanjiri arus dari masa lalu ( pantesan nggak maju-maju ). Jadi intinya, izinkan saya bercerita tentang bagaimana saya berkenalan dengan kopi. Agak samar, namun petunjuk di fikiran saya mengatakan bahwa saya mulai berteman dengan kopi sejak kuliah dulu. Mungkin sekitar semester akhir, jelang tugas akhir dan segala sindrom ksesehatan mental yang diakibatkannya.  Saya rasa ketika itu, saya perlu menyelesaikan tugas-demi tugas yang dapat mengantar saya pada sebuah gelar pendidikan. Sepertinya saya tidak sanggup untuk meng...

Telling a Bullshits

Manusia itu makhluk emosi. Ia yang mengemudikan perilaku dan keputusan, termasuk sebuah kebohongan. Ketika merasa cemas, khawatir ia akan bermanuver, menghindari rintangan yang kadangkala hanya fatamorgana. Ketakutannya yang menjadikannya kemudian memutar lidah, mengatakan omong kosong.  Apakah setelah beermanuver musti meminta maaf? Hal inilah yang sedang kupertimbangkan. Setelah mengatakan sebuah kebohongan, rasa bersalah itu akan muncul. Kemudian, ada keinginan untuk meminta maaf. Namun sesunggguhnya kepada siapakah permintaan maaf ii sebenarnya diajukan? Apakah kepada orang yang telah dibohongi? atau kepada diri kita sendiri yang telah dihianati. Sebab saat berbohong, diri sendirilah yang kemudian bersedih. Di sisi lain, ego terkadang membuat pembenaran. Alasan-alasan yang memungkinkan norma menerima alasan kita untuk berbohong. Sayangnya, meskipun alasan telah dibuat sedemikian rupa, rasa bersalah masih menang. Apa buktinya? Keinginan untuk meminta maaf itu selalu muncul perta...

Emosi itu Seperti Suhu

 Ada kalanya kita begitu dingin, hingga apa yang berada di sekitar tak mampu menyentuh hati. Rasanya begitu apatis, sehingga tamparan orang yang dikenalpun tak lebih dari angin lalu. Namun ada pula saat dimana semua begitu mengganggu, rasanya selalu ingin melempar serapah. Saraf tubuh  begitu sensitif hingga hal terkecilpun membuatmu ingin marah. Namun ada juga waktu ketika kita dapat memilih, memahami, mengethui bahwa hidup adalah kausalitas, yang membuatmu berfikir maklum pada apa saja yang terjadi di depan.  Hari ini aku menemukan orang-orang baik. Mereka membuka pintu rumah  untuk orang asing. Menyuguhkan teh hangat dan mempersilakanku masuk dengan begitu ramah. Aku yang dipersilakan sebagai tamu jadi minder. Setelahnya aku hanya bisa berdoa agar mereka bisa masuk surga dan diberikan suguhan terlezat oleh Tuhan. Aku juga mendengarkan berbagai cerita. Sayang, waktuku terbatas, ada tenggat yang perlu dikejar. Energiku memang seperti terkuras, namun di sisi lain men...

Kerontang

  Pada akhirnya omong kosong. Semakin kesini, saya kian sadar bahwa saya juga adalah karakter dengan kepribadian toxic. Rasanya kian kerontang, koheren dengan bumi yang mungkin sebentar lagi memasuki kemarau panjang. Karakter yang tumbuh tanpa paparan yang tidak cukup akhirnya tumbuh dengan satu sisi gelap. Layaknya tanaman yang  kurang satu hal, entah itu nutrisi sinar matahari atau air, satu saja yang kurang, pertumbuhannya tidak akan sempurna. Mungkin saja rasa buahnya menjadi pahit, daunnya menjadi kuning, atau umbinya menjadi keras berkayu. Disfungsi yang selalu dihindari.  Mereka yang tumbuh dengan kekurangan suatu unsur, menggunakan topeng untuk menutupi kekurangan itu, atau mungkin make up. Concealer. Yang fungsinya menutup noda. Entah itu hanya tahi lalat, jerawat atau borok. Sebagian dari kita menutupinya agar harga jual di mata masyarakat stidaknya tidak anjlok. Setidaknya, kita masih dianggap sebagai bagian yang berjasa bagi peradaban. Namun satu hal yang kera...

Pintu Evakuasi

 Ada, seseorang yang begitu muak dengan hidupnya karena setiap harapan yang digenggamnya patah. Jika ditanya apa sebabnya tentu saja kenyataan. Dunia ini begitu berbeda dari apa yang diproyeksikan dalam pikiran. Hatinya yang berkali-kali patah dan diperban tak pernah sembuh. Sebab setiap hendak mengering, lagi ia patah. Mungkin sebentar lagi akan mengeras, beku sudah. Hingga semua yang ia pandang menarik, tidak lagi punya alasan. Kenapa dunia ini begitu dingin?  Setiap harinya luka itu meneteskan darah. Ia menjaganya sendiri, menahannya dengan tangan. Tak akan ada yang menolong. Setetes lagi kemudian hari, dan demikian hingga puluhan tahun berlalu. Darah itu tak pernah mengering, melainkan terakumulasi layaknya air bah yang menunggu meluncur ke lereng. Lagi, tidak ada yang menolong. Ia sendirian, putus asa, dan kedinginan.  Aku yang menyaksikannya, sayangnya tidak maampu berbuat apapun. Hanya pernah suatu kali kutanya. Adakah hal yang diinginkannya? Ia menggeleng. Ah, ada...

Proyeksi Hasrat

 Katanya mimpi adalah gambaran dari keinginan diri yang ingin digapai. Jika demikian, mungkinkah manusia ada kalanya tidak menyadari apa yang diinginkannya? Ah, mungkin ini juga berkaitan dengan dikotomi keinginan dan kebutuhan? Sebab pernah saya dengar, terkadang kita mengalami kesulitan dalam membedakan keinginan dan kebutuhan. Terlepas dari keinginan ataupun kebutuhan, disclaimer saja di tulisan ini saya menyebutnya hasrat.  Jadi ini berhubungan dengan mimpi yang saya alami malam kemarin. Dalam mimpi itu saya berjalan bergandengan dengan seorang laki-laki sepantaran.Erat sekali dan tak ingin terlepas, rasanya nyaman sekali. Saya penasaran apa alasan kami saling bergandengan tangan, dan siapa kah sebenarnya sosok yang tengah menggandeng tangan saya. Sampai kemudian, ada karakter lain yang muncul dan berseloroh, "Eh, kalian pacaran?" Kami terkejut, tidak bisa menjawab. Bukan karena takut ketahuan, melainkan lebih kepada kebingungan mengenai status apa yang mendasari akitvita...

Sebelum Menjadi Orang Tua

 Jika yang anda tahu hanya memerintah, jangan dulu menjadi orang tua. Sebab anakmu akan menjadi korban. Sebelum menjadi orang tua, tolong kenali, bahwa dirimu pun juga cukup toksik untuk menghancurkan kehidupan manusia yang nantinya dititipkan Tuhan. Dengan demikian, kamu setidaknya bisa berhati-hati atau setidaknya memberi penawar atas ulahmu. Sebelum menjadi orang tua, belajarlah cara meminta tolong, meminta maaf, dan berterima kasih. Manusia lugu yang nantinya akan engkau timang bukanlah bawahan atau budak yang boleh sembarangan kamu perlakukan. Sebelum menjadi orang tua, belajarlah menjadi seorang supporter, bukan pengkritik atau banyak mau. Anakmu, bisa jadi akan menyeretmu ke penderitaan jika kerjamu sebagai orang tua juga tidak benar. Kalau kau bisa menjaadi orang tua penuntut, kenapa anak tidak bisa? 

Membebaskan Diri dari Hampa

Sedikit malu-malu, namun harus saya akui. Di balik rasa kosong, mati rasa, hingga sesak yang silih berganti ini, ada hati yang selembut tahu sutera - lembut, mudah benyek- yang mendambakan cinta. Ya, baru-baru ini ada sebuah buku self development yang membuat saya merenung. Bahwa rasa kosong, sesak, iri, marah, atau perasaan negatif lainnya adalah sejenis benteng pertahanan. Kau bisa membayangkan tembok China, atau benteng di Kepulauan seribu yang dingin, tinggi menjulang. Ya, intinya sensasi itu adalah sebuah pertahanan diri, yang berkerabat dengan ego.  Di balik pertahanan itu ada sesuatu yang berharga, yaitu hatimu dengan luka yang mungkin membusuk, kronis, atau bahkan mungkin butuh diamputasi. Karena luka ini begitu tak tertahankan hingga kerap membuatmu menangis, akhirnya si pertahanan diri tumbuh, dan menyemprotkan semacam gas mati rasa. Mungkin kita bisa menganalogikannya seperti seorang dokter yang memberikan anestesi. Tapi kenapa ia memberikan anestesi alih-alih mengobati ...

Seseorang yang Dikuasai Emosi

Bicara tentang emosi, ada sebagian orang yang harus hidup dengan dominasi entitas tersebut. Baiklah, agar semakin jelas konteksnya, saya ingin sedikit menyinggung tentang penggolongan kepribadian berdasarkan MBTI. Dimana salah satunya ada klaster orang-orang yang mempunyai kecenderungan untuk menjadi pereasa, dengan F (Feeling) sebagai salah satu yang dominan. Ada pihak-pihak yang memang sedikit meragukan tes kepribadian MBTI ini . Namun setidaknya, tes ini memberi  sedikit banyak cukup cocok dengan diri saya. Dan sebagai salah satu dari anggota perasa, saya ingin menjabarkan bagaimana rasanya menjadi demikian.  Seorang dengan spektrum perasa yang dominan akan mengalami emosi yang intens. Yang kadang akan memancing orang berkomentar, "yah gitu aja nangis", "gitu aja marah". Tentu saja bagi kami, mulut mereka seharusnga perlu dilem. Mereka yang mungkin bukan seorang feeler belum tahu bagaimana sebuah emosia berresonansi dalam diri, bertumbuh berkali-lipat hingga memp...

Tercipta Melankolis

  Duduk di kursi pinggir jendela kereta Progo dalam perjalanan Jakarta-Jogja. Saya menuliskan catatan ini ditemani horizon jingga di fajar hari. Pepohonan masih diselimuti kabut putih. Tampak abu-abu nan damai. Namun abu-abu lama saya identikkan dengan keragu-raguan. Bukan hitam, bukan juga putih. Nonblok? Indescisive? Entahalah, namun warna di kaki langit itulah yang membangkitkan lobus frontal. Ingatan masa kecil. Sebuah melankoli yang saya pikir serasi sekali dengan suasana saya saat ini, ketika pagi yang abu-abu. Barusan saya menangis teringat trauma innerchild yang masih diam-diam menghantui. Namun, sesaat emosi itu mereda, pikiran saya seolah ingin mengingatkan bahwa memang menyukai kesedihan sudah bawaan sejak kecil.  Saya ingat, ada sebuah buku pelajaran bahasa Indonesia kelas 2 yang saya baca saat kanak-kanak. Menceritakan perjuangan seorang perempuan kecil penjual gorengan yang hidupnya berakhir malang tertabrak mobil. Mengetahui jalan kisahnya yang tragis, saya mena...

Tips Agar Keyboard Laptop Awet Hingga Bertahun-tahun

  Keyboard laptop menjadi komponen penting laptop yang krusial. Sekalinya ada tombol yang tidak berfungsi normal, bisa bikin kamu pusing. Bisa-bisa bikin tugas kuliah atau kantor di laptop jadi batal kelar gara-gara permasalahan di keyboard. Banyak kasus, keyboard laptop terpaksa harus diganti karena rusak. Namun sebenarnya, dengan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar,keyboard laptop bisa awet hingga bertahun- tahun loh. Penasaran? Yuk, simak 6 tips berikut ini. 1. Hindari menekan tombol keyboard terlalu keras Menekan keyboard laptop terlalu keras terutama untuk mengetik atau bermain game yang konstan lama-kelamaan dapat membuat komponen di dalamnya cepat rusak. Sebaiknya tekan tombol keyboard dengan sewajarnya. Selain membuat keyboard tidak terbebani, menekan keyboard terlalu keras juga tidak baik untuk otot-otot jari loh. 2. Bersihkan keyboard secara rutin dengan menggunakan kain microfibre dan kuas halus Membersihkan keyboard sebaiknya dilakukan dalam keadaan la...

Jelang Pulang

  Berkutat pada trauma masa kecil adalah sebuah kebiasaan yang sulit untuk dilepaskan. Memang aneh manusia itu. Sesungguhnya ia amat tahu bahwa kenangan traumatis, adalah derita, namun kenapa masih saja tidak mau lepas? Ini tidak lepas dari paradoks manusia. Manusia terdiri atas dua entitas jiwa dan raga. Mungkin saja ada komposisi yang lainnya, namun saya tidak tahu. Namun sejauh ini, demikianlah sebagian orang mengategorikan elemen dari seorang manusia.  Raga alias fisik, tidak mengenal yang namanya makna hidup, visi masa depan atau hal-hal filosofis semacam itu. Ia hanya mengenal bagaimana cara bertahan hidup didunia dengan cara makan saat lapar, ke toilet saat ada desakan, bernafas, dan berbagai hal lain untuk tetap menapak di bumi. Fisik, boleh dibilang adalah cangkang, kendaraan, atau apapun. Karena itulah, untuk beraktivitas, fisik lebih menyukai rutinitas kebiasaan.  Sedangkan jiwa adalah si pengemudi. Dia yang menentukan kemana arah tujuan, ia yang bertugas meras...

Mimpi yang Kadaluarsa

 Isi kepalaku, berserakan. Layaknya tumpukan sampah di sebuah rumah yang tak terurus. Tidak tau yang mana yang harus dibuang. Ia berkutat pada ini dan itu, kenginan ini dan itu yang hanya ditekuni setengah jalan. Terserak lagi. Namun aku merasa semua hal yang berserakan ini berharga. Satu-persatu mulai bertumpukan menutup jarak pandang untuk menatap tujuan yang sesungguhnya. Aku sendirilah yang menjadikannya terbebani. Aku senang menuliskan daftar mimpi, berfikir bahwa suatu hari akan menggenggamnya. Namun tahu-tahu, mimpi tu menjadi basi, kadaluarsa, habis tenggat waktunya.