Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Public Room

Do you mind making your private room to be public room? Open for public means anyone can enter to it. No need any permission. And maybe you need to accept the fact that your deepest part of you can be accessed by anybody. You don't have any right to be angry or resent people who visit that place. Because it was you who chose to be exposed. But in exchange you will get some bucks to buy coffee. It's supposed to be beneficial thing that don't need to be thought twice. However, I am a person who is overthinking. Any plan or thing goes through a long audit process to finally become a decision. I need to consider about what I feel, and etcetera and etcetera. Perhaps, that is why I feel difficulties to make a decision. I prefer to hang on the plan rather than decide them to be a conclusion and take the action. What a mess. Sometimes because of that I become so frustrated and useless. By the end of this year, I should plan a rigid plan to change most of my bad habit. Hopefully, I ...

Nervousness

Nervousness becomes a kind of daily emotion that I feel. Actually, could someone become very familiar with this kind of feeling? Until today, I don't quite understand what the reason is behind the feeling. Is it the fear of making mistakes? Or another thing? But the thing is, I feel tired to feel it every day. Is it the part of adaptation? As I try to put myself in the stress condition? The thing is, sometimes it is quite difficult to take control after making mistakes. Even though I have tried to whisper some affirmative words, The distracting feelings are still lingering. Can I someday, just embrace this feeling, and make friend with it? Can I actually have a friendly dialogue with them?  Ok, let me try, then. Dear the discouraging feeling. Why are you so persistent? Is there any matter that you want to deliver to me? I think it is true that I feel overwhelmed by the responsibilities on my shoulders. I worried that I couldn't give the correct insight for my students. I feel k...

Confusion

If an alien asks me How to act like human, I doubt that I can give it a good answer. Because actually, I don't quite understand. Despite the fact that I am a human itself. If I am an agent that was sent by another planet's creatures to dig in human's life, then I don't do a good job. Because, leave in the earth is very confusing, I wonder what kind of report that can I give to them. Perhaps, I am just able to report my confusion.  This life is complicated. And the existence of virtual life makes human who is native to the earth more confuse. Some of them no longer have the ability to know them self, even as basic as their sexual identity. Chaos anywhere, and I feel that I am left behind in the black hole of confusion. Whilst everybody else enjoying their confusion, I just watch in the corner, try to figure out, try to decode those stir.  But then, I am tired. This brain of mine started to overwhelm. As the consequence, I need more hours to sleep. Sleep like baby. I need...

Uncertainty

How do you get used to this feeling? The feeling of uncertainty, the feeling of fear of unknown. Rasanya ingin menghindar ketika dihadapkan dalam situasi ini. Namun, dibalik ketidaknyamanannya, this uncertainty feeling sometimes hides a treasure. This feeling has been with me since the afternoon. Aku mulai mengidentifikasi perasaan tidak nyaman ini sebagai ketakutanku jika tidak bisa mempresentasikan materi dengan baik. Padahal, ketika kuliah, perasaan ini adalah teman yang tiap hari menyapa. Di situasi semacam ini, aku perlu menjustifikasi banyak hal, menjelaskan berbagai macam hal termasuk cara kerja dunia dan pikiran orang lain untuk menenangkan diri. Aku juga mencoba untuk membelah diri, mencoba menjadi pengamat atas diriku yang sedang gelisah. Pengamat yang tak menghakimi, memvalidasinya, dan menghiburnya bahwa perasaan ini sungguh hal wajar, dan terkadang,sisi baiknya,  membuatku menyadari bahwa aku manusia.  Risiko orang overthinking, barangkali. Aku tengah berusaha men...

Campuraduk

 Stuck again. Seperti Ban motor yang terhambat oleh batu besar. Aku merasa tidak kemana-mana. Perasaan tidak berguna kembali menyelimuti. Perasaan negatif lagi, yang terkadang tidak kutemukan jawabannya. Bergelut dengan realitas hidup sungguh sebuah tantangan nyata. Dengan kompleksnya isi fikiranku yang ingin mengembangkan diri di banyak bidang, aku justru merasa tidak pernah merasa cukup baik. Aku tidak tahu mana yang harus didahulukan. Satu metode yang pernah kudengar untuk menyelesaikan cara ini adalah dengan membuat matriks prioritas. Membaginya menjadi empat kuadran dan menentukan yang manakah yang paling penting dan darurat untuk diselesaikan.  Hal lain Media saat ini dipenuhi dengan orang-orang yang terang-terangan membuka aib orang lain. Saya nggak ngerti, kenapa orang dewasa saat ini nggak bisa menjaga mulut, ataupun jemarinya. Tidakkah mereka sadar, membuka aib tidak ubahnya melukai orang lain. Hal-hal seperti ini seolah makin biasa, dan bagaimanapun akan menjadi ton...

Manifestasi Realitas

 Saya nggak ngerti. Sepertinya ada yang salah. Tidur memang salah satu hal favorit saya di kehidupan ini. Salah satunya ya karena ada mimpi-mimpi yang lebih berwarna dari kehidupan nyata. Memang terdengar agak menyedihkan. Tapi ya, setidaknya ada satu hal yang selalu saya syukuri. Yaitu saya selalu bisa menikmati waktu tidur.  Namun akhir-akhir ini agak aneh. Mimpi-mimpi terakhir ini seolah mengambil latar yang beda dari biasanya. Dengan alur yang agak berkesan. Well, setahuku memang mimpi juga dipengaruhi oleh realitas di dunia nyata. Dan mereka seperti mulai bermanifestasi dalam mimpi. Agak, terbalik sih. Seharusnya manifestasi itu di dunia nyata, bukan? Tapi ya sudah, mari turuti saja konteks pikir yang agak terbalik ini.  Akhir-akhir ini, aku memang senang sekali menonton video kucing. Tingkah mereka yang spontan terkadang  membuatku iri. Mungkinkah karena itu, beberapa hari lalu aku memimpikan kucing? Seekor anak kecing yang jatuh dan terluka. Aku mencoba mencar...

Menerima Kebaikan

 Terbiasa diabaikan dan mengabaikan orang lain. Tanpa disadari, diri sudah mengadopsi sebuah pemikiran  bahwa kamu patut untut diabaikan. Ketika orang yang kamu kira akan mengabaikannmuu seperti kebanyakan orang lainnya, justru ia meminta maaf  terlebih dahulu. Padahal kamu memulainya dengan cara yang tidak etis. Melenceng dari keyakinan yang kamu pegang. Orang itu membuatmu semakin sadar, bahwa kamu tidak layak menerima kebaikan itu.  Sesungguhnya kamu juga nggak tahu, harus bagaimana. Kenapa kamu jadi kecewa sendiri? Kamu tidak suka sisi dirimu yang seperti itu. Yang terlalu takut meminta bantuan. Selalu berfikir bahwa permintaan tolongmu tak akan di dengar. Sayangnya ada satu orang yang kemudian menyadarkanmu atas ketakutan itu. Dan kamu mengecewakan dirimu. Ketakutan itu membuat semuanya serba salah. Kamu begitu kecewa karena tak mampu mengutarakan maumu dengan benar. Tapi orang yang kamu mintai tolong justru meminta maaf karena tak mendengarmu.  Kebaikan it...

Memenuhi Janji Diri

 Sebuah kesalahan kerap kali membuatmu membayarnya dengan waktu yang lebih lama.  Dan salah satu kesalahan yang masih sering kulakukan adalah tidak membaca syarat dan ketentuan dengan saksama. Di akhir hari aku menemukan bahwa apa yang telah kulakukan seharusnya bisa rampung. Namun ya, keluputan ini membuatku melewatkannya.  Saat ini aku sedang berusaha memikirkan sebuah ide untuk dieksekusi. Sebelumnya aku telah menghabiskan beberapa jam untuk menyelesaikan ide lain yang sesungguhnya juga ditujukan untuk kompetisi yang sama. Sayangnya, karya yang barusan kurampungkan harus tertahan dilu di dalam ruang penyimpanan. Kali ini aku hendak menuliskan cerita lain dengan tema yang berbeda dan dengan kuantitas yang sedikit lebih besar. Jadi menulis ini kujadikan sebuah metode untuk mengumpulkan energi dan mengkondisikan diri.  Memang, paling mudah adalah menuliskan perasaanmu sendiri. Menuliskan cerita berplot agak memerlukan upaya yang ekstra.  Namun aku telah berjanji...

Efek Samping Kambing Hitam

 Kepala terasa agak berat. Mungkinkah ini dampak dari konsumsi daging yang mulai melebihi ambang batas? Ataukah karena aktivitas fisik yang kurang? Bisa jadi dua-dauanya dan aku tak ingin nantinya menjadi hambatan dalam beraktivitas. Kurasa aku harus mulai mengatu pola hidupku dengan kesadaran penuh.  Visi itu seperti timbul tenggelam dalam hati. Kadang tampak jelas, namun tak jarang tersaput halimun membuatnya terlihat muram. Terutama jika suatu hari aku terlalu terekspos oleh galeri pencapaian di mesia sosial. Seolah aku telah kalah dalam maraton. Namun, kegelisahan ini tak terlalu terasa ketika aku membiarkan diri fokus berada di masa sekarang. Beberapa saat lalu, ketika aku menghadap Tuhan, aku merasa sesaat bahwa keberadaanku di dunia ini begitu magis dan mengharukan. Entah apa, mungkin karena memang kekerdilan ini akan terasa nyata saat kita berada dalam kesadaran penuh.  Di saat yang sama, aku merasa kedamaian yang tak ada duanya.  Namun sayangnya, sensasi itu...

Kedamaian di Masa Kecil

Hari raya kurban . Takbir memenuhi udara tak putus-putus melalui toa yang tersebar di penjuru desa. Hari raya di sini ramai. Orang-orang merayakannya selayaknya hari raya. Kuharap hal seperti ini akan selalu menjadi hari istimewa. Sayanganya, semakin dewasa seseorang, mereka jadi terlalu familier dengan keistimewaan ini. Hingga membuatnya biasa saja. Andai kita menganggap setiap hari adalah hari yang baru, pastinya semangat itu bisa lebih menyala setiap tahunnya. Maka kita harus berterima kasih pada anak-anak. Energi merekalah yang membuat hari istimewa ini gempita.  Sambil menantikan kiriman daging kurban yang katanya hendak diantarkan, aku hendak memulai agendaku. Dan menuliskan apa yang tengah kupikirkan menjadi suatu hal yang kurasa perlu kulakukan untuk mampu mengorganisir isi pikiran. Hal ini masih terasa asing, sebab biasanya aku hanya membiarkan saja emosi dan fikiran bersinergi membuat kekacauan yang berakibat pada berantakannya sebuah rencana.  Menuliskan ini juga me...

Gundah Terburu-buru

Jelah tengah hari, aku menjadi pengunjung pertama sebuah coffe shop di sudut kota Jogja. Kota ini selalu punya daya tarik untuk diceritakan. Jadi kusebutkan saja. Sesaat sebelum menuliskan ini, aku hendak memulai sesi belajar mandiri. Namun terasa ada yang mengganjal, seperti minta diutarakan. Lagi, aku nggak mengerti apa. Rasanya berkabut, dan aku hanya bisa meraba-raba rasa itu.  Mungkin ini perasaan gundah akan ketidakpastian. Aku yang memilih di luar jalur default ini bisa jadi merasa kegundahan itu. Mungkinkah ini ketakutan akan ketertinggalan? Namun jika diturut lagi, memilih jalur ini tanpa sungguh-sungguh akan membuatmu terkadang merasa terkutuk. Tapi sekali lagi, aku telah berusaha keras untuk menutup arus pemikiran itu. Sebab jika dituruti lebih jauh, sudah pasti ia akan mengantarkanmu pada jurang gelap. Jadi selain berupaya mengendalikan turbulensi emosi yang  cukup sering terjadi, aku juga perlu mengendalikan pikiran-pikiran menyesatkan yang menjadi pemicu turbulen...

Setapak Senyap

 Untukmu yang memilih untuk tak meninggalkan impian masa kecilmu. Aku harus beri tahu, bahwa memilih jalan ini berarti memilih jalan terjal berliku. Tak banyak yang mau melewatinya, jadi kamu musti siapkan parang atau sabit untuk menebas semak belukar yang akan menutup jalanmu. Konsisten tak bisa lagi ditawar, kecuali kamu memilih menyerah di tengah jalan. Namun lihatlah, saat ini kamu sedang di tengah rerimba yang mengunngkung. Kamu sepertinya tengah ragu antara ingin manju atau mundur.  Kamu sudah terlanjur memilih opsi-opsi itu di masa lalu. Maka jadilah kamu di sini sekarang. Jika kamu ingin beranjak dari kegundahan ini, maka kamu musti mulai membuat keputusan berani. Jikalau terasa sulit, ambil sejenak waktu untuk semangati dirimu. Sayangnya tidak ada orang lain, di jalur ini kamu adalah single fighter. Aku tidak yakin ada yang mau menyemangatimu. Namun jika kamu yakin ini menjadi jalanmu, maka yakinlah bahwa dukungan dari Tuhan ada bersamamu. Apa lagi yang kurang, jika P...

Euforia dan Debaran yang Bikin Pusing

Jelang tenggat waktu sebuah kompetisi, aku fokus menghabiskan waktu untuk menyelesaikan sebuah karya. Karya yang saya buat dengan cukup niat, karena merupakan interpretasi dari karya lain yang ku kagumi. Setelah merampungkan semuanya, emosi yang aneh melingkupi. Aku merasa deg-degan dengan sebuah euforia yang asing. Serasa seperti ketika hendak menghadapi ujian. Ada adrenalin yang membuncah.  Saat mengumpulkan karyapun, tidak bisa sesantai biasanya. Tangan sedikit tremor karena emosi ini. Aku tidak yakin apa yang sedang saya rasakan. Mungkin karena saya menantikan sesuatu yang baik , atau karena ekspektasi yang berlebih akan sesuatu. Namun saat itu aku sadar bahwa emosi ini sudah luber, alias berlebihan. Aku harus segera menetralkannya sebelum semuanya berantakan. Sesaat kemudian, emosi ini agak mereda, digantikan oleh kepala berdenyut.  Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, kenapa saya merasakan emosi ini? Sungguh nggak biasa, dan aku tidak menyukainya. Seperti badai ses...

Dominasi Emosi

Emosi hari ini didominasi oleh rasa bingung. Ada hal-hal yang tengah aku nantikan namun tampak masih menggantung. Mungkin hari ini adalah satu bagian dari ujian kesabaran. Aku jadi ingat dalam suatu ayat, bahwa manusia adalah makhluk yang terburu-buru. Terkadang, dan memang sering kali emosi semacam ini disebabkan oleh kekhawatiran akan masa depan, dan karena itu kita sering jadi tak sabaran. Ada "jangan-jangan" yang menakut-nakuti. Di sini, aku ingin belajar menunggu. Belajar bersabar, dan berserah. Berhenti menghawatirkan hal-hal yang belum terjadi dan hidup di masa sekarang. Ketika aku mempraktikkan ini dan fokus hidup di masa sekarang, ada semacam euforia, yang asing dan sederhana. Namun menenangkan. Tanpa rasa takut, tanpa rasa khawatir.  Jikalaupun ada hal-hal yang diluar harapan, hadapi dengan tenang. Minta bantuan Tuhan, dan yakin bahwa apapun itu sementara. Jangan lupa juga untuk bicara pada diri sendiri, menghiburnya agar tak lagi khawatir. Katakan padanya untuk men...

Jelang Stasiun Transit

 Hari ini adalah hari terakhirku terikat kontrak pekerjaan dengan satu entitas. Kuputuskan untuk beranjak karena merasa tidak cukup tangguh untuk menahan nafas dalam rutinitas lingkaran yang sama. Sungguh, mereka yang bisa bertahan dalam rutinitas konstan itu bagiku adalah manusia tangguh. They can love what they do, despite of the bored. Berada diantara mereka membuatku berbeda. Namun bagaimanapun, kesempatan bersama mereka memberiku pelajaran, untuk menghargai setiap pekerjaan. Apapun itu, ada tantangannya. Aku pilih berhenti di stasiun transit, berganti kereta dengan harapan perjalanan kali ini sedikit lebih berwarna. Harapannya juga bisa membuatku lebih berkembang, khususnya dalam kehidupan sosial yang tampaknya sulit untukku terkualifiasi. Ada banyak yang perlu dipelajari agar bisa memberikan lebih banyak manfaat. Dan yang tak kalah penting, tentu saja berkompromi dengan diri sendiri. Sebab menerima cara kerja dan aturan masyarakat bisa lebih mudah jika diriku mau membuka, bel...

Kalah Agar Tidak Serakah

 Terasa agak pening, kepala ini seperti penuh oleh hal tidak berguna. Mungkin seperti struk belanja atau resi sisa pengambilan uang tunai dari ATM yang tersebar di meja. Perihal remeh yang kubiarkan begitu saja tanpa menganggapnya perlu dibersihkan. Akhirnya seolah menumpuk, memenuhi ruang pikir yang semestinya bisa diajak berkompromi terhadap tujuan.  Kelopak mata makin berat oleh gravitasi bumi dan juga gravitasi beban hidup. Ia mengantuk meminta lelap, namun distraksi di tengah modernisasi juga sudah begitu masif mengganggunya. Ia masih ingin terjaga demi kesia-siaan. Lalu biasanya si pemilik kelopak mata itu esoknya akan menyesal karena bangun kesiangan. Siklus laknat yang ia harapkan bisa berakhir, sebab telah menuntunnya melenceng jauh dari jalan lurus.  Dan menulis adalah salah satu penyelamat untuk setidaknya mengintip apa maksud gundah gulananya. Ia seperti lubang kunci yang membawanya untuk menganalisis pengalaman yang ia rasakan di masa lalu. Maksudnya tadi sia...

Berdamai dengan Penderitaan

Mengubah diri, berarti kamu harus siap untuk meninggalkan identitas dirimu yang lama. Label-label yang telah lama tersemat di lehermu, yang membentuk ego. Yang tanpanya,  kamu akan merasa bukan kamu adalah hal yang harus siap kamu tinggalkan. Masa transisi ini mungkin akan menjadi fase yang sulit. Ada masa di mana kamu kehilangan diri. Maka kesadaran bahwa masa transisi itu adalah sementara adalah bagian penting untuk menjadi karakter yang baru. Dan bagaimana cara untuk melewatinya? Mungkin dengan menikmatinya. Menikmati penderitaan.  Namun kemudian, penderitaan sendiri adalah relatif. Penderitaan terjadi ketika kita mengidentikkan suatu hal dengan emosi negatif, entah itu kesedihan, kemarahan, atau yang lain. Maka yang perlu diingatkan setiap kali hal yang buruk atau tidak diinginkan terjadi adalah bahwa setiap kejadian adalah wajar. Tidak perlu berlebihan mencurahkan emosi terhadap sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana. Sebab melayani semua itu dengan kemarahan dan kese...

Menjadi Anomali itu, Sepi

Hari panjang yang kukira cukup sia-sia akhirnya akan pungkas beberapa jam lagi. Tubuh dan fikiran ini masih kesulitan bersinkronisasi untuk mempraktikkan apa yang banyak dibicarakan di buku-buku pengembangan diri, "Mindfulness". Sebuah konsep bahwa hidup ideal adalah hidup di masa sekarang, tanpa banyak pikir tentang masa lalu atau cemas akan masa depan.  Sayangnya, konsep itu begitu sulit dipraktikkan. Aku cukup kecewa dengan beberapa keputusan dan reaski emosional yang terjadi padaku hari ini. Oke, untuk sebagian orang mungkin agak sulit dimengerti. Namun isi fikiran seorang introvert biasanya penuh dengan penyesalan-penyesalan dan kontemplasi yang membuang-buang waktu. Tubuhnya mungkin hanya terbaring di atas tempat tidur, namun fikirannya mungkin sudah hampir terseret medan black hole.  Terkadang sok-sokan filosofis, padahal nyatanya nggak pernah dipraktekkan. Sebagian orang mengatgorikannya sebagai loser. Hari ini, aku merasa bahwa reaksi emosionalku terhadap satu hal te...

Tekad itu Seberapa Jauh?

Setiap episode kehidupan itu berharga. Begitu istimewa bagi kamu yang bisa memahaminya. Mungkin itulah kenapa Tuhan meminta manusia berfikir. Sebab tanpa memahami istimewanya, kita akan membiarkan diri melewati hari dengan autopilot. Setiap keputusan ditentukan dengan auto-mode. Tentu saja, yang akan dipilih adalah opsi yang paling mudah. Konsekuensi jangka pendek yang tidak menuntutmu untuk banyak melakukan aksi.  Saat tengah menuliskan ini, aku ada dalam kodisi sedikit sadar. Maksudku, ada lilin kecil yang menyala yang tengah memanaskan tekad untuk menjadi manusia yang lebih lurus. Ada energi yang menuntut perubahan diri. Aku menganggapnya sebagai energi positif. Dengan energi ini, ada semacam kesadaran untuk bisa mengendalikan emosi. Ada sebuah bisikan bahwa rasa gelisah dan himpitan di dada yang kerap kurasakan itu adalah hal yang wajar. Energi ini bisa mengendalikanku, mengabaikan sensasi itu untuk tetap ambil aksi, alih-alih merebahkan diri - yang biasanya menjadi opsi yang k...

Support System dan Kaktus

Ada kaktus yang habitat aslinya adalah gurun dan tanah tandus. Dengan segala karakteristiknya, ia hidup baik baik saja meskipun di gurun sangat minim air. Lalu ada manusia, yang hidupnya akan optimal jika ada lingkungan yang dapat mendukungnya. Orang-orang saat ini mungkin kerap menyebutnya dengan support system. Lalu adakah manusia yang seperti kaktus? Sepertinya tidak. Manusia adalah satu spesies, yang tidak bisa disamakan dengan tumbuhan yang karakteristiknya bisa sangat beragam. Ruh mereka yang berasal dari sumber yang sama, membuat fitrahnuya perlu mendapatkan support. Meskipun ada yang bisa hidup optimal  di lingkungan yang gersang, kerontang tanpa dukungan dari lingkungannya, jumlah itu hanyalah sedikit. Sebagian besarnya barangkali akan mengalami anomali. Kelainan entah itu malnutrisi atau kesenjangan lainnya. Intinya, ada sesuatu yang kurang. Aku memandang diri sebagai seseorang yang tumbuh di lahan yang tidak ideal. Jika diibaratkan tumbuhan, ada unsur hara dalam tanah ya...

Jawaban dari Pertanyaan Sulit

 Menjawab pertanyaan sulit dengan "entahlah" adalah yang paling mudah. Yang tak memaksamu untuk berfikir, atau menjadi alasan bagi kamu yang malas berfikir. Sebab, ketika kamu menjawabnya dengan sungguh, akan ada periode kontemplasi untuk kamu menemukan jawabannya. Terkadang jawabannya pun tidak bisa universal. Di masa depan, ketika mentalmu sudah menjadi berbeda, mungkin jawaban itu tidak lagi relevan.  Namun demikian, jawaban atas pertanyaan sulit yang kamu fikirkan matang-matang siang dan petang itu mungkin bisa menjadi bintang utara untukmu dalam menjalani hidup. Meski di masa datang mungkin penunjuk arah itu akan usang, setidaknya hidup dengan arah mungkin lebih baik daripada tidak sama sekali. Bahkan bagi orang yang paling fleksibel sekalipun, yang prinsip hidupnya mengalir seperti air, mempunyai visi akan masa depan, alias arah tujuan mungkin juga lebih mendingan.  Berkontemplasi menemukan jawaban itu memang membutuhkan banyak waktu. Bagi yang jarang bersentuhan de...